Followers

Friday, October 26, 2012

Aku Pilot dengan Satu Sayap Pesawat

Ini tabu atau kelabu. Aku tidak tahu. Yang aku tahu kemarin aku baru saja terbang. Jauh...sekali. Baru saja aku tahu, kamu masih ada buat aku. Baru saja aku tahu, ternyata aku masih membuatmu cukup untuk tersipu. Aku pun juga. Walaupun I'm not the only one who adores you, anyway

Kita satu rantai, satu kunci. Yang aku tahu aku tidak terbagi, aku hanya satu buat kamu. Aku mendapatmu kembali, tapi sekarang aku tidak bisa tahu kamu dengan pasti, ada selaput samar yang membuatku tidak bebas melihat senyummu. Ada kabut biru dan kuning di mana-mana. Aku tahu kamu dari tabir, aku tahu kamu dari bisik-bisik. Aku tahu kamu dari sana, dari gelombang saja. Dan gelombang itu pun sekarang tidak enak, tidak lancar, aku tak percaya gelombang. Aku maunya kamu buat aku, tanpa gelombang. Dan kabut.

Lalu aku berpikir, aku sudah lewat remaja. Buat apa berpikir sesempit sungai kalau masih ada samudera, dan aku pandai berfilosofi, untuk apa aku berpikir terlalu eksak. Walaupun kita tidak sejauh 10 jam atau 2 pulau, walaupun kita hanya berjarak meter dan gedung, rasanya kamu jauh di sana...di seberang negara. Yang aku rasakan hanyalah sebuah papan nama, kalau "aku punya kamu". Tapi...aku tidak merasakan handarbeni kalau kata orang Jawa. Kamu di sana, aku di sini, hanya sekedar punya-punyaan dan... I'm not your priority anymore... I'm not there, on your lists...

Aku berusaha seperti dulu... Dan aku selalu menjadi pilot untuk pesawat yang hanya punya satu sayap. Bisakah pesawat terbang jika ia hanya punya satu sayap, walaupun ia berusaha segigih apa pun, di manakah prinsip equilibrium itu jika hanya ada satu tangan yang bertepuk, dan satu dayung yang berputar? I'm yours, but I feel nothing. Where is the old you? 

Photo source: Friend's BBM display picture