Sebagai mahasiswa S2, saya akui,
tidak mudah untuk mengeluarkan uang seboros waktu masih S1 dulu. Maklum,
pengeluaran kami di bidang akademik harus diprioritaskan kali ini. Tanggal 16
Desember 2017 yang lalu, saya mengikuti seminar internasional di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Banyak biaya yang harus saya keluarkan dari
mulai dari biaya pendaftaran, biaya pencetakan prosiding, tiket kereta api
pulang-pergi, dan tiket hotel. Sebenarnya, saya punya banyak saudara di Bandung.
Jika saya mau lebih hemat lagi, saya bisa menginap di rumah mereka malam itu.
Tapi, saya orangnya butuh privasi kalau keesokan harinya harus presentasi.
Terlebih lagi, kemacetan Bandung di akhir pekan bisa membuat saya terlambat
kalau saya menginap terlalu jauh dari UPI, yang memang terletak di daerah atas
dari arah Kota Bandung.
Awalnya, saya berniat menginap di
Dormitory UPI. Saya sudah browsing di
laman UPI dan menemukan laman Dormitory UPI. Harga menginap di sana semalam
sebesar Rp 200.000, 00. Saya sudah memesan via lamannya dan ada pemberitahuan
bahwa pesanan saya akan segera ditanggapi via e-mail. Ternyata, sampai hari ketiga dari pemesanan, saya tak
kunjung mendapat balasan. Akhirnya saya menghubungi nomor narahubung yang
tertera, namun nomor tersebut ternyata tidak aktif. Saya lalu mencari nomor
lain lewat Google dan malah terhubung dengan Isola Resort UPI dan mereka juga
tidak punya nomor Dormitory UPI. Saya juga sudah menghubungi beberapa teman
yang kuliah di UPI, tapi mereka juga tidak ada yang tahu. Akhirnya, saya
memutuskan untuk cari hotel atau penginapan yang murah saja di sekitar UPI.
Saya mencari beberapa penginapan
via Traveloka. Banyak variasi penginapan dari yang termurah hingga termahal,
terdekat hingga terjauh. Dari hotel hingga kos harian. Saya lalu berkonsultasi
dengan Juju, teman sekampus saya waktu S1 yang sekarang melanjutkan S2 di UPI. Dia
tidak langsung mengiyakan pilihan saya. Dia malah menawarkan dua penginapan
murah yang dia cari via Pegi-Pegi. Setelah melalui berbagai pertimbangan,
akhirnya saya memilih tawaran Juju. Saya memilih penginapan yang bekerja sama
dengan Red Doorz (semacam Airy Rooms, saya juga baru tahu Red Doorz hari itu),
yaitu kamar Red Doorz Near Isola UPI yang berada di Allure Guest House. Juju
baik sekali. Dia survey lokasi dulu sebelum saya ke sana untuk memastikan
lokasi hotel memang dekat dengan Pascasarjana UPI, tempat saya akan mengikuti seminar.
Red Doorz Near Isola UPI
beralamatkan di Jl. Geger Kalong Girang Baru No. 13 Setiabudi, Bandung,
tepatnya di kompleks pesantren Daarut Tauhid (DT) punya AA Gym. Jadi, kita bisa
denger adzan nih dari kamar. Hotel ini cukup ditempuh dengan berjalan kaki
tidak sampai 10 menit dari UPI (lewat pintu Doraemon-nya mahasiswa UPI di
sebelah SD Isola). Makasih Juju yang udah ngasi tau jalan tembusan ala anak
UPI, hihi.
Harga menginap semalam yang harus
dibayar yang tertera di Pegi-Pegi sebesar Rp. 167.355, padahal, kalau bukan kamar
yang Red Doorz, harganya lebih mahal, yaitu sebesar Rp 235.537. Oh iya, tapi
setelah ditambah pajak+biaya pelayanan sebesar Rp 35.145 dan dikurangi kode
unik Pegi-Pegi sebesar Rp. 937, totalnya jadi Rp 201.563.
Waktu check in hotel tertulis pukul 14.00. Awalnya saya sudah bingung,
karena kereta api saya tiba di Stasiun Bandung sekitar pukul 9 pagi. Akhirnya
saya luntang-lantung di stasiun sambil menelepon narahubung (contact person) yang ada di Pegi-Pegi.
Ternyata, nomor tersebut adalah nomor Red Doorz pusat di Jakarta. Saya akhirnya
mencari nomor telepon Allure Guest House dan tak kunjung diangkat. Gambling saja, saya lalu memesan taksi
Go Car ke sana. Letaknya hanya sekitar 30 menit dari stasiun. Sampai di sana,
ternyata tanpa perlu repot memohon, resepsionis langsung memberikan kunci pada
saya. Syukurlah, ternyata hotel ini melayani early check-in. That’s what a girl needs, apalagi yang tidak tahu
Bandung seperti saya dan sedang dalam keadaan belum mandi.
Kamar saya terletak di lantai 2,
tepatnya di kamar 2202. Kalau ke lantai dua, pasti beberapa tamu sempat tertipu
seperti saya. Ternyata, kamarnya ada di lantai tiga, karena sebelum lantai
tiga, ada lantai dua yang berisi ruangan semacam ruang tamu dan ada kamar-kamar
bernomor mulai 1101. Hotel ini tidak dilengkapi dengan lift, jadi mungkin tidak bersahabat kalau yang menginap adalah
lansia atau orang dengan kursi roda. Siapkan tenaga ya, kalau harus mengangkat
koper seperti saya, hihi. Sampai di kamar hotel, saya tercengang melihat
kamarnya. Maklum, saya tidak terlalu berekspektasi awalnya dengan harga segitu.
Desain kamarnya terkesan mewah dengan wallpaper
dan interior serba cokelat. Sampai di kamar, setelah mengunci pintu dan melepas
sepatu, jujur, hal pertama yang saya lakukan adalah mendarat di kasur sambil
mengucap ‘alhamdulillah’ berkali-kali, wkwkwk. Alay, ya. Tapi rasanya lega aja,
setelah melalui perjalanan 16 jam yang kurang nyaman di kereta, menunggu lama
di stasiun, dan kucing-kucingan sama taksi online,
akhirnya saya mendapatkan hotel yang sangat nyaman dan luas.
Di kasur hotel, tertera identitas
Red Doorz berwarna merah. Kasurnya lumayan besar dan empuk. Sprei, selimut, dan
bantalnya juga wangi. Selimutnya sangat hangat untuk menangkal udara Bandung
yang cukup dingin. Selain kasur, kamar ini juga dilengkapi dengan Wifi yang
kenceng (oh iya, minta password dulu
ya, soalnya resepsionisnya lupa ngasi password
pas itu), meja kecil di samping kasur dan ada colokan yang dilengkapi
dengan T (jadi kita ngga perlu repot bawa T sendiri), AC dengan remote, televisi layar datar dengan remote yang nempel di tembok (TV-nya
dilengkapi juga dengan fasilitas TV kabel, lho!), meja di depan TV yang cukup
lebar, meja rias yang juga bisa difungsikan jadi meja belajar (cocok banget
sama apa yang saya cari, tapi colokannya terlalu jauh dari meja belajar, jadi
pastikan baterai laptop keisi penuh dulu), lemari besar dengan 5 hanger, dan semua perabot ada cerminnya!
Buat cewek, pasti seneng banget soalnya di mana-mana bisa ngaca, hihi. Tapi
buat yang fobia liat bayangan
sendiri, kayaknya bakalan takut, soalnya saya sempet kaget juga pas liat
bayangan saya sendiri lewat di kaca atas kasur, hahaha!
Siapa yang bisa nolak selfie di tempat seperti ini? |
Kamar mandinya bersih banget.
Kamar mandi ini bukan tipe dry closet, jadi
bakalan becek kayak kamar mandi biasa. Ada shower
air dingin (tapi sayangnya, kalau saya nyalain shower statis, shower dinamisnya
ikut nyala, saya cari kran mana yang bisa buat nutup ga ketemu, ini saya yang
kampungan atau memang rusak, heheheheh), trus wastafel air dingin yang
dilengkapi dengan cermin, gantungan handuk, rak tinggi (ini terlalu tinggi,
jadi kalau orang yang kurang tinggi kayaknya ngga nyampe, saya aja soalnya
jinjit, hehe), WC duduk dengan semprotan tangan, dan... bathtub air hangat! Saya
paling seneng kalau nemu bathtub!
Setelah capek perjalanan jauh, saya berendam di sana, rasanya legaaaa. Oh iya,
karena shower-nya air dingin aja, pas
mandi pagi jadinya saya mandi di bathtub lagi
soalnya butuh air hangatnya, ehehhe.
Fasilitas lain yang diberikan,
yaitu perlengkapan mandi mulai dari sampo cair, sabun cair, shower cap, dua sikat gigi, odol, cotton bud, sisir, dan kresek kecil. Oh
iya, dikasih air mineral ukuran tanggung dua buah juga. Untuk handuk, bawa
sendiri ya dari rumah, karena tidak disediakan.
Hal yang tidak ada di hotel ini
adalah sarapan gratis. Ya maklum sih, dengan harga segitu. Tapi, di hotel ini
ada warung nasinya, kok. Kita bisa pesan dan diantar ke kamar. Di lingkungan
kompleks juga banyak banget makanan mulai dari yang mahal sampe yang ala anak
kos.
Kekurangan lain dari hotel ini
adalah tempat sampah hotel ini tidak disediakan di dalam ruangan, tapi di luar
pintu masing-masing, mungkin untuk menjaga agar tetap higienis. Waktu itu,
sempat beberapa kali juga ‘rumah kunci’ kamar saya sepertinya rusak, jadi harus
sabar menguncinya dari luar (untung ada Pak OB baik yang bantuin). Tapi, pas
tengah malem, sempet ada gempa bumi dan karena panik itu kunci ga bisa, saya
tinggalin aja kamar dalam keadaan ga dikunci, alhamdulillah aman, haha. Semoga
segera diperbaiki, ya.Trus kamar saya deket banget sama TK Laboratorium UPI
(kalau tidak salah), jadi pas buka jendela, keliatan ruang-ruang kelas TK dari
jendela. Saya tidak tahu jendelanya tembus pandang atau tidak, tapi untuk
antisipasi, walau siang, saya tutup gordennya agar tidak malu. Kamar hotel ini
sepertinya juga tidak kedap suara, jadi saya tetap bisa mendengar suara HP atau
suara orang di kamar sebelah kalau terlalu keras. Tapi itu tidak terlalu
masalah buat saya, selama tidak mengganggu. Oh ya, pengunjung yang mau salat
juga siapkan aplikasi pengarah kiblat, ya...karena tidak ada tanda arah kiblat
di kamar ini.
Saya hanya menginap semalam di
sana, karena acara saya hanya sehari di UPI. Karena bingung bawa koper dan
tidak mungkin saya bawa ke UPI, saya menitipkan barang saya di resepsionis.
Abang-abang resepsionisnya baik banget. Saya boleh nitipin barang di sana walau
udah check out. Jadwal check out yang seharusnya adalah pukul
12.00, tapi saya check out jam 6.30
trus ambil barang saya jam 16.00.
Wallpaper-nya yang unyu, sayang banget kalau ngga dipake foto-foto, hihi |
Sekian ulasan saya. Secara keseluruhan, hotel ini layak untuk direkomendasikan. Tidak heran kalau di Pegi-Pegi, pengunjung memberi nilai 8.5 dari 10 untuk penginapan ini. Semoga sharing saya kali ini bermanfaat untuk teman-teman yang mencari informasi penginapan murah yang dekat dengan UPI, ya! Selamat berlibur!
P.S.: Tonton vlog singkatku tentang Bandung di sini, ya !