Followers

Showing posts with label live. Show all posts
Showing posts with label live. Show all posts

Friday, June 13, 2014

Kalian Membuat Saya Tetap Menulis

Halo, assalamualaikum, selamat malam, semua blog reader! Saya kembali setelah berbulan-bulan tidak menyempatkan waktu untuk berbicara lewat tangan di sini. Kali ini saya mau berterima kasih kepada seluruh pembaca blog saya yang entah itu masuk kategori pembaca setia, pembaca kebetulan, pembaca kesasar, pembaca kepaksa, pembaca penasaran, atau pembaca yang kepo (pede banget ya -__-) yang udah menyempatkan waktu membaca tulisan saya ini. Hihi, makasiiiiiih sekali lagi buat apresiasinya yang saaaaangat membuat saya tetap menulis sampai detik ini. Di usia blog saya yang sudah 5 tahun lebih beberapa hari ini, saya akan bercerita tentang seluk beluk "menulis" dari sudut pandang saya.

Eits, jangan bosan dulu. Inshaa Allah apa yang akan saya ceritakan ini akan membuat temen-temen semua berubah pandangan  bahwa menulis itu tidak membosankan! Percaya deh ;)

Nah, kenapa saya suka menulis? Gini awalnya. Saya adalah seseorang yang dilahirkan bukan dari seorang keluarga yang mencintai dunia sastra. Tidak seperti kebanyakan anak-anak yang selalu diberi dongeng sebelum tidur, dari kecil saya hanya sering dibelikan buku cerita oleh ibu dan bapak. Selebihnya, saya dibiasakan untuk mencoba membaca sendiri, yang akhirnya berujung saya berimajinasi saja dengan gambarnya, tidak mencoba membaca tulisannya. Saya pun baru lancar membaca saat hampir naik kelas 2 SD. Sangat terlambat sekali untuk kemampuan yang lazim dicapai anak usia TK. Itu yang menyebabkan saya kurang bisa berbahasa lisan dengan baik pada saat kecil. Saya terbiasa menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang saya gunakan pun bukan  bahasa yang halus, karena  notabene saya tinggal di Malang, jadi terbiasa menggunakan bahasa Jawa ngoko (bahasa kasar). Itulah alasannya kenapa saya agak terbata-bata untuk berbahasa Indonesia lisan dengan baik dan benar sampai sekarang. Bisa dicoba deh bicara ama saya, hehehehehehehe.

Alasan lain yang menjadikan saya komunikator yang kurang baik adalah saya terbiasa mempunyai saudara kembar sejak lahir. Dini namanya. Sudah pada tahu, kan? Yang udah pernah baca blog ini pasti tahu, hehehehe (lagu-lagi ke-pede-an). Yak. Jadi, hampir semua masalah saya dan masalahnya si Dini pasti kita share berdua saja. Kami tidak pernah menceritakan masalah pribadi kepada orang tua maupun kedua kakak kami. Masalah teman yang nakal, masalah kegalauan ujian, masalah universitas mana yang akan kami masuki, bahkan masalah percintaan. Sampai sekarang, belum ada teman curhat yang bisa mengalahkan si Dini. Walaupun terkadang di tengah curhat malah kita berdebat dan akhirnya bertengkar, hehe.

Ketiga (ga nyebutin kedua, kok ada ketiga ya), sudah pada tau kan saya skoliosis? Nah, sejak saya mulai sadar bahwa skoliosis membuat saya semakin minder, saya menjadi seseorang yang super duper ekstra ultra tertutup. Sifat introvert ini yang membuat saya akhirnya menuangkan semua yang saya pikirkan di dalam sebuah tulisan (selain karena film kartun Hamtaro yang suka bikin saya ikut-ikutan nulis diary sebelum tidur, hihi).

Saya tidak tahu pasti kapan mulai suka nulis. Yang saya tahu, sejak kelas 2 SD, saya suka menulis semua kegiatan saya yang saya rangkum di dalam sebuah buku yang saya sebut "orji". Kemarin waktu bersih-bersih kamar, saya menemukannya dan membacanya ulang. Hihi, tertawa sendiri membacanya. Mulai dari kata-kata yang membuat saya malu dan tidak mau mengaku bahwa itu dulu tulisan saya. "Hari ini aku sebel. Aku ulang tahun, tapi tidak ada yang memberi kado. Semua jahat kecuali Evi sama Indah yang mau kasih kado". Masalah klasik yang terjadi di usia itu, kan? :D. Ada lagi yang seperti ini, "Aku tidak suka sama semua orang. Semua jahat. Temen-temen suka pamer barang barunya! Aku benci!". Ahahahahaha, tidak berhenti ngakak kalo baca hal seperti itu.

Lalu saya juga menemukan buku diary saya waktu SMP. Mulai kelas 7, saya mulai mengenal yang namanya cinta. Di dalam diary saya banyak sekali foto laki-laki yang saya suka, hehehehe. Saya ingat dulu "mencuri" foto itu dari Friendster. Saat SMP, saya juga punya buku diary geng. Jadi, setiap satu minggu sekali, kami bertukar diary dan saling menulis di buku milik teman, hihi.

Ini nih kumpulan buku curhatan alias diary dari SD sampai kuliah

Mulai kelas 9 saya ikut-ikutan kedua kakak saya yang suka nulis blog juga. Namun sayang, mereka tidak meneruskan hobinya tersebut hingga sekarang. Dari situlah awal mula saya meninggalkan diary dan mulai suka nulis di blog, hihi. Kalo flashback baca mulai 2009, geli juga bacanya, Hihihihihihihihi *ketawa ala Kunti*. Yaaaaa, namanya juga remaja, semua tulisan saya ga jauh dari tema cinta, galau, dan persahabatan.

Dari situlah saya mulai sukaaaa sekali menulis cerita, puisi, drama, atau sekedar quote kurang bermutu, ekekkek.
Novel yang saya tulis saat SMP

Teks drama saya sempat dipentaskan di salah satu lomba drama di sekolah dan juara 2 lhoooh, hehe
Sudah tahu kan, alasan yang menjadikan tangan saya tidak bisa berhenti menulis? Sekarang saya mau bagi-bagi tips menulis kreatif ala Dina Nisrina nih, hehehe. By the way, tips ini asli dari pikiran dan pengalaman saya, tidak mengutip dari sumber mana pun.

1. Ide cerita yang mengalir
Tidak perlu bingung menentukan ide cerita apa yang akan kamu wujudkan dalam sebuah tulisan. Apa yang kamu ingin tulis, tulis saja. Lebih pekalah dengan sekitar. Misalnya seketika kamu pengen nulis pengalaman abis jalan-jalan ke pantai, tapi belum ada mood buat nulis, tulis saja ide cerita itu di sebuah waiting list. Atau biasanya aku nih, kalo lagi males, nulis dikit, trus berakhir jadi draft doang, hehehe...jangan ditiru.

Tidak usah muluk-muluk membuat cerita. Dua ekor semut yang lewat di samping tempat tidurmu yang kemudian bersalaman saja bisa jadi cerita. Semuanya asal kamu peka ;-)

2. Tentukan tujuan penulisan
Setiap orang melakukan sesuatu pasti ada tujuannya. Nah, kalau kalian menulis untuk memberikan bacaan yang informatif, tulislah sesuai dengan inti pesan yang ingin kalian sampaikan. Misalnya, pengen nulis tentang fotografi, fokuslah pada informasi soal fotografi, bukan hal lain. Kalo bercabang ngomongin hal lain, itu cuman intermezzo dan nggak bikin terkesan ada dua tema dalam satu tulisan. Itu kalo tulisan informatif. Kalo pengen persuasif, gunakan kalimat-kalimat yang terkesan mengajak secara halus tanpa ada kalimat-kalimat yang terkesan memaksa dan membohongi. Beda lagi kalo tulisan yang bertujuan untuk mengungkapkan isi hati. Tulisan ini biasanya lebih bebas dan terkesan tidak tertuju pada khalayak umum, tapi kepada satu atau beberapa pihak saja. Berikan kesan yang membuat pembacanya tahu bahwa kamu sedang menujukan tulisan itu kepada seseorang. *Bingung, ya? Saya juga bingung ama kata-kata saya*

3. Buatlah kerangka karangan
Mungkin bagian kedua ini bisa menjelaskan bagian pertama. Kalo ngga pengen topik bahasan kita ke mana-mana dan ngga terstruktur, buatlah kerangka karangan terlebih dahulu. Selain itu, kerangka karangan bisa menghindarkan dari informasi-informasi yang kadang terlewat buat dicantumkan. Tapi, kalo tipe tulisan yang bertujuan sekedar curhat (seperti kebanyakan tulisan saya), tidak masalah jika dituangkan secara langsung mengalir mengikuti emosi otak kepada tangan *tsaaaah*.

4. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
Ragam bahasa menentukan pembaca tertarik atau tidak. Jika ingin ditulis menggunakan bahasa yang baku, boleh saja. Tapi, untuk menghindari kesan kaku, gunakanlah sentuhan-sentuhan bahasa sehari-hari, tapi jangan terlalu lebay dalam penggunaannya. Penggunaan emoticon sah-sah saja, asal jangan terlalu mengganggu estetika yah...hehe. Tidak perlu takut harus mengikuti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Mainkan emosi pembaca. Misalnya seperti saya ini suka sekali menggunakan penekanan seperti ini:

Dia.
Dan aku.
Duduk bersama.
Berdua.
Berhadapan.
Bertatapan.
Saling berkata-kata.

Bedakan dengan bila ditulis seperti ini:
Dia dan aku, duduk bersama, berdua, berhadapan, bertatapan, dan saling berkata-kata.

Akan ada efek emosi yang berbeda. Tanda titik seakan-akan memotong di tengah jalan, dan memberi efek shocking pada setiap kata untuk menegaskan rima a a a a a a yang saya gunakan, ya kan?

5. Berikan judul yang menarik
Judul adalah kunci apakah pembaca memilih untuk membaca atau tidak. Judul yang menarik, bisa membuat pembaca penasaran. Judul bisa diambil dari konklusi cerita atau sebagian dari cerita kita yang menjadi point of view. Biasanya sih saya sok-sok-an menggunakan bahasa Inggris atau bahasa lain yang saya anggap menarik apabila judul dalam bahasa Indonesianya saya ngga nemu yang puitis, hehehehe

6. Berikan gambar-gambar ilustratif
Terkadang, kalo ada penjelasan kita yang kurang imajinatif, pembaca kesusahan untuk membayangkan. Berikan gambar-gambar ilustratif. Bikin aja gambar-gambar dari jepretan kamera handphone atau bikin oret-oretan sederhana kayak di posting-anku yang ini nih. Jika tidak bisa membuat foto sendiri, ambil saja dari internet. Eits, tapi jangan lupa, cantumkan sumbernya ya...kita berada di dunia jaringan yang serba mudah, tapi jangan lupa menghormati karya orang lain ;). Selain fungsi itu, gambar juga bikin tulisan kita ga terkesan monoton.

7. Cantumkan label terkait
Label atau tag dalam blog akan mempermudah penglasifikasian tulisan. Misalnya buat saja label sesuai tema tulisan. Kalau tulisan itu termasuk puisi, beri saja label puisi, atau poem (yang lebih universal). Misalnya tulisan tersebut tentang kesehatan, tentang cinta, dll. Selain itu, label juga mempermudah pencarian di Google dan mesin pencari lainnya. Kalo misalnya ada orang yang search dengan kata kunci poem, tulisanmu akan muncul juga lhoh...tapi tergantung seberapa populer atau banyak dibukanya halaman tulisan itu oleh orang.

8. Sunting tulisan sebelum di-publish
Sebelum di-publish, ada baiknya kita baca ulang tulisan. Perbaiki kata-kata yang salah, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman. Kita perlu berhati-hati dalam hal ini, karena manusia tempatnya salah, tidak menutup kemungkinan tulisan kita bisa menimbulkan efek negatif setelah membacanya, heheheheh naudzubillah, ya.

9. Promosikan tulisanmu
Aku pernah baca salah satu buku yang aku lupa judulnya. Ada satu kalimat menarik nih, "Penulis tanpa pembaca sama dengan pembuang sampah". Maksud dari kalimat ini adalah, percuma kita menulis sedemikian banyaknya kalo ga ada satu pun orang yang baca. Jadi, memromosikan tulisanmu itu perlu. Saya kira, media sosial sudah semakin mudah untuk share link sekarang. Promosikan blog kamu di Fb, Twitter, Instagram, Path, dll. Semakin banyak yang baca, akan semakin banyak yang menilai. Semakin berkembang juga penulisnya!

10. Be your self
Terakhir, yaaaaaang paaaaling penting. Just be true to your self! Seorang penulis hanyalah seorang pencundang apabila ia menulis untuk membohongi jati dirinya sendiri. Biarkan tangan dan otakmu bersinergi. Percayalah, tulisan yang membuat pembacanya merasa tulisan itu magis adalah pembaca yang menemukan jati diri penulis dalam tulisannya. J. K. Rowling memang menulis seorang tokoh Harry Potter. Tapi dia jujur untuk menggambarkan tokoh seperti apa si Harry sesuai dengan imajinasinya, bukan orang lain. Dewi Lestari menuliskan sesosok Kuggy yang seorang Aquarian, sama dengan dirinya. Tidak ada yang salah, kan?

Selain itu, jangan gunakan bahasa yang dipaksakan. Kalo emang ngga cocok pake elo, gue, ya ngga usah dipake, hehe. Kalo emang ngga suka pake bahasa yang baku, yang ngga usah dipake. Yang penting, jadilah natural dan tidak terkesan memaksakan.

Itu deh...tips-tips tipis menulis ala gueh gueh gueh, Dina Nisrina, seorang gadis blasteran Purwokerto-Banjarnegara, seorang mahasiswi Fakultas Sastra, seorang skolioser, seorang gadis yang punya kembaran, gadis biasa yang pengen jadi gak biasa yang mungkin bisa sedikit menjawab pertanyaan temen-temen yang bertanya biar blog bisa menarik dan punya follower banyak *padahal follower saya juga cuman 149*. Seneng banget rasanya cuman gara-gara tulisan curcol di blog ini, banyak temen dan sepupu yang bikin blog juga setelah baca, hehe terharu. Seneng juga kalo baca apresiasi temen-temen soal tulisan-tulisan di blog ini selama 5 tahun ke belakang. Jujur, niat awal bikin blog ini cuman pengen mindahin diary, hehe. Tapi ga tau kalo ternyata bisa nemuin temen baru, bisa share sama skolioser, bisa kasi info, bisa ngasilin duit juga, bisa jadi inspirasi. I feel so blessed, I'm thankful, guys! 




Ada satu quote yang sampe sekarang terngiang di otak saya gara-gara baca bukunya Mbak Yulia.

“If there’s a book you really want to read, but it hasn’t been written yet,

then you must write it.” ~ Toni Morrison ~


Semua tulisan di blog ini tidak akan dihapus, walau saat membacanya di masa datang, saya merasa bahwa tulisan ini alay. Dia saksi perkembangan psikologiku *tsaaaaah*. Ntar, kalo uda jadi orang terkenal, wartawan ngga bakal susah wawancara dan cari info, kan semua udah komplit di blog, hehehehehehheeheheh *lagi-lagi ke-pede-an, kan?*. Semoga salah satu impianku, yaitu menerbitkan buku, akan segera tercapai. Semoga bermanfaat, good night! :)

Tuesday, January 07, 2014

Our Tongues Were Made of Glass

"If only our tongues were made of glass, how much more careful we would be when we speak?"
-Shaun Shane-

Kalau aja bener lidah kita ini diciptakan dari kaca, mungkin yang terjadi akan berbeda. Kita akan lebih berhati-hati, karena goresan sedikit saja bisa meninggalkan luka. Kita tidak akan sembarangan, karena ia mudah pecah. Dan ia akan menjadi lebih sulit digerakkan, jadi kita akan lebih banyak diam tidak mengeluarkan kata-kata tidak penting karena untuk mengeluarkan sepatah kata saja butuh usaha yang sangat susah. Lidah jadi tidak elastis dan tidak otomatis.

Sayangnya lidah kita terbuat dari otot yang paling besar, yang tidak ada sedikit pun tulang di dalamnya. Sayangnya lagi, yang mengontrol hanyalah otak, yang sering kali lupa untuk kita kendalikan. Aku punya pengalaman mengesankan soal lidah beberapa hari yang lalu.

Waktu itu aku dan Assa main ke rumah Mas Sokran, salah satu teman dari STK (Sanggar Tari Karawitan), salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampus, yang berada di seberang kampus. Mas Sokran punya dua orang anak yang masih balita bernama Zua (sekitar 3 tahun) dan Ocas (sekitar 1,5 tahun). Waktu aku ke sana, mereka berdua masih berada di sekolah (begitulah mereka menyebut tempat belajar untuk balita itu). Namun Mbak Nia, istri Mas Sokran, memutuskan untuk menjemput mereka lebih awal karena guru Zua dan Ocas sedang rapat. Sekitar jam satu siang, mereka akhirnya datang dengan wajah gembira. Ocas yang selalu menempel dengan ibunya karena memang usianya yang masih sangat kecil dan harus menyusu kepada ibunya berbeda sekali dengan Zua yang lebih enerjik dan suka bergerak ke sana-ke mari. Aku langsung menyapa Zua dan mengajaknya ngobrol sana-sini. Maklum, aku memang tidak bisa membiarkan anak kecil bermain sendiri, aku sangat gemas terhadap anak kecil.

Rumah Mas Sokran memang selalu ramai, karena notabene Mas Sokran membuka kos-kosan putri. Teman-teman juga sering main ke rumahnya, makanya rumahnya tidak pernah sepi. Jadi, Zua sudah terbiasa main dengan siapa pun yang ada di sana. Tiap Zua bertemu denganku, yang ia cari pertama kali adalah Pou. "Tante, Pou...". Dia selalu mengatakan hal itu. Pou adalah aplikasi permainan yang ada di Android. Kebetulan hari itu aku tidak membawa HP Android-ku. Sebelum Zua kecewa, akhirnya aku mengajaknya untuk bermain apa pun asal dia lupa kalau ada permainan bernama Pou. Aku mengajaknya untuk menggambar.

Kebetulan di sana ada Mas Hamzah, teman dari STK juga. Dia dan aku sering bermain olok-olokan tentang "upil" dan "eek". Di tengah-tengah menggambar, Zua menuding-nuding titik-titik seperti kotoran di tembok rumahnya. Dia bertanya padaku itu apa. Tiba-tiba Mas Hamzah menimpali dengan berkata, "Itu upilnya Mbak Dina". Spontan aku langsung membalasnya, "Ih...bukan Zua...itu upilnya Oom Hamzah". Lalu Zua minta digambarkan upil kepadaku. Aku langsung menggambar banyak sekali titik-titik sekecil upil dan aku gambar topless juga seakan-akan upil itu adalah kudapan. Olok-olokanku dan Mas Hamzah berlanjut sampai akhirnya kami menyebutkan kata "eek" dan menggambarnya di kertas tersebut. Aku membalas Mas Hamzah dan Mas Hamzah membalasku, sama-sama tidak mau mengalah. 
Sampai pada Zua sedang makan bakso goreng dan dia mengambil isinya lalu dibuat mainan di tangannya. Dan dia bertanya padaku, "Tante...hi...ini apa?". Aku langsung spontan menjawab, "Itu upilnya Oom Hamzah, hi...". 

Hari berlangsung cepat sampai pada aku harus pamitan karena aku harus berangkat latihan paduan suara. Sepulang latihan, aku bertemu dengan Mas Sokran. Dan aku sungguh terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mas Sokran dalam bahasa Jawa. 

Maeng yo Din, Mbak Nia ngomel nang aku. Jarene, "Gi, temen-temenmu itu kalo maen ke sini mbok yo diajari ngomong sing apik. Zua iki malih tiru-tiru ngomong elek". Aku langsung kenek, Din...trus aku kaget kok Zua moro-moro ngomong "Pak, aku gambarno eek". Aku langsung takon. "Lho, sopo sing ngajari eek he?". Zua mek njawab, "Iki..." ambek nduduhno gambar. Wooooooooo Hamzah ambek Dina iki ancen tersangkane. Wis, ancene arek loro iki...

Yang artinya:
Tadi ya Din, Mbak Nia ngomel ke aku. Katanya, "Gi (nama panggilan sayang Mbak Nia buat Mas Sokran), temen-temenmu itu kalo maen ke sini ya harusnya diajari ngomong yang baik. Zua ini jadi ikut-ikut ngomong jelek". Aku langsung kena, Din...trus aku kaget kok Zua tiba-tiba bilang "Pak, aku gambarin eek". Aku langsung tanya, "Lho, siapa yang mengajari bilang eek?". Zua cuma menjawab, "Ini..." sambil menunjukkan gambar (yang tadi). Woooooooo Hamzah dan Dina ini memang tersangkanya. Sudah, dasar anak dua ini...

Mas Brian yang juga ada di sana waktu itu langsung menasihatiku panjang lebar. 

Barang bukti kejahatan 

Aku dan Mas Hamzah lupa kalau ada makhluk kecil tidak berdosa di depanku waktu itu yang belum bisa mem-filter kata-kata yang tidak seharusnya ia dengar dan ia ucapkan. Kami lupa kalau kami sudah besar dan semestinya bisa memberi contoh yang baik untuk anak kecil. Memang lidah tidak sekolah, makanya harus ada yang menyekolahkan.



"Zua itu cerdas, Din. Waktu itu pernah aku ajak nonton teater. Dari awal pertunjukkan sampai akhir, dia serius merhatiin. Eh pas di rumah, tiba-tiba si Ocas disuruh duduk dan Zua melakukan acting yang persis kayak yang ada di pertunjukkan tadi," lanjut Mas Sokran. 

Dan kami lupa kalau anak kecil itu mudah menangkap apa yang baru saja mereka indera. Ah...so sorry for missing that point. Hari itu aku belajar banyak sekali tentang dahsyatnya satu kata yang diucapkan. Karena satu kata benar bisa menyelamatkan dunia, tapi satu kata yang salah bisa saja membunuh dirimu sendiri.


Thanks for helping me remember that a tongue sometimes can be a dangerous glass too, Mas Sokran, Mbak Nia...



Have you done your homework today? Keep your tongue to be a glass :-)

Monday, January 06, 2014

My First Stepping Stone

Haaaaaaaaalooooooooooooooooooooooooooooooooooooo, dunia! Wehehehe, oke! Aku semangat banget, ya? Iya dong...harus dong... Kenapa, nih? Ada apaan, nih? Heboh banget sih...dapet pacar baru, ya? Dapet uang? Menang lomba? Apa sih? 

Leeeeeebih dari itu! Setelah deg-degan selama satu semester, akhirnya aku bisa buktikan kepada dunia pada umumnya dan orang tua pada khususnya tentang hal yang selalu aku perjuangkan di masa lalu (ecieh sok dramatis dikit ga papa lah, ya). Yak! Ini dia yang ditunggu-tunggu. Pasti yang baru baca postingan ini mikir, "Apaan sih, ngomong apa sih Dina ini?". Jadi gini, inget kan cerita melankolis yang pernah aku tulis panjang lebar kayak truk tangki Pertamina tentang keputusanku buat pindah jurusan dulu? Kalo lupa, coba cek dulu deh biar nyambung. Cek di sini dan di sini.

Masih inget juga tentang "Passion energizes your talent?" mungkin kali ini aku bakal sedikit mengutip quote ini dengan ditambahi sedikit, kalau tidak salah, quote barusan adalah punya Deddy Corbuzier. Kali ini aku mau bikin quote sendiri aja deh. "Keberhasilan adalah hibrida dari niat dan usaha, dibumbui dengan dukungan dan passion". Keren ngga, tuh? Itu deh yang bikin aku semangat banget masuk Pendidikan Sasindo dan bikin aku yakin aku ga salah pilih lagi. *By the way penjabaranku rada ga nyambung, pemirsahh*

Hal pertama yang mau aku pamerin adalah ini. Tararaaaaaaaa... *drum roll*

Hasil tes prediksi Uji Kemahiran bahasa Indonesia untuk mahasiswa baru Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang punyaku.
Kalo dibanding sama hasil tes TOEFL sih jauh banget gitu ya, hampir setengah. Ini nih "sesuatu" awal yang bikin aku sedikit lega dan berbesar hati sambil mikir kalo I'm good enough di Sasindo ini. Yang bikin semangatku panas di awal buat ngelanjutin dan ngebuktiin ke dunia "aku lhoooo pantes jadi anak Sasindo", "aku lho emang passion-nya di sini", "aku bisa buktiin prestasiku jauh lebih bagus di sini" tanpa harus banyak berceloteh ini itu. Jadi, selama aku masuk Sasindo ini aku akan minimalisasi ngomong dan banyak action. Just let them see, tanpa harus banyak berkata-kata. Terutama buat beberapa orang yang bilang kalau ilmu bahasa itu ngga terlalu penting :-)

Dan bukti kedua yang bisa aku kasih adalah ini nih...

Ini semacam rapor online. Right click and open in new tab to enlarge picture.
Jujur awalnya aku bingung. Aku udah bisa ngebuktiin ke ortu kalau aku emang bener-bener ga ada passion di dunia IPA. Tapi aku belum bisa kasih bukti kalau aku bisa lebih baik di bahasa. Bukti apa lagi yang bisa bikin ortu percaya kalau aku emang "bakat" dikit gitu ya di sini selain IP (Indeks Prestasi). Yaaaah, walaupun aku selalu percaya kalau angka bukan segalanya buat menilai seseorang. Aku ulangi, pake capslock ga kontrol nih ya ANGKA BUKAN JAMINAN BROOO, BUKAN JAMINAN SESEORANG ITU PINTER BENERAN, BUKAN JAMINAN ITU MURNI DAN ASELIIII LI LI, MAS BRO...MBAK BRO :-)

Tapi, buat sementara waktu ini ga ada cara lain yang nyata dan bisa diliat selain IP, apa boleh buat. Dan jujur aku lumayan suka sama IP semester ini. Waktu itu targetku adalah di atas 3,5. Dan alhamdulillah Allah ngasih bonus. IP-ku semester ini adalah 3,70. Bahkan ada beberapa mata kuliah yang di atas ekspektasi. Dan jujur sebenernya aku pesimis buat ngedapetin IP di atas 3. Soalnya, semester ini kegiatanku di luar kuliah sungguh sangat amat sibuk sekali pemirsahhh (kudu banget pake pleonasme dan hiperbola kayak gini). Tapi alhamdulillah lagi, aku bisa bagi waktu dalam sehari antara kuliah, kegiatan nonkuliah, istirahat, dan bobo cantik dengan selisih waktu yang mevet bin mripit. Jadi, em...maaf banget buat berbagai macam teman yang aku kecewain gara-gara aku sama sekali ga punya waktu buat main atau sekedar ngopi. Next time, I will. Tunggu ya :')

Hhhh... Aku anggep ini adalah batu loncatan pertama buat membuktikan ke dunia bahwa di sini ada gadis besar (badannya) yang masih kecil, dan perlu dipeluk (oke, salah fokus), yang perlu dibimbing buat mencapai cita-citanya untuk menjadi yang terbaik bagi dirinya, orang tuanya, sekitarnya, dan Tuhannya. Cita-cita yang simple, kan?

Jujur, bukan perkara mudah untuk menebalkan telinga selama enam bulan aku berkeputusan seperti ini. Terkadang bahkan orang terdekat, teman terdekat, siapa pun bahkan yang belum mengenal, berani sekali melukai hati kecil yang sedang memilih ini (oke, sisi sensitifku muncul, ga papa ya...). Sering banget aku denger "Dulu yang milih IPA siapa, yang milih pindah siapa", "Ngabisin duit aja sih", "Kamu ga pengen cepet nikah apa", "Hah, aku sih pengen cepet lulus" yang mewarnai hariku. Bahkan sampe ada yang bilang "Mbak, kamu dari kecil diajari bahasa planet ya sama papa-mama? Kok baru sekarang belajar bahasa Indonesia. Sini aku ajari aja, mbak...", kata salah seorang satpam di kampus. Aku cuman senyum sambil dalam hati bilang "Please ya, mas...rektor kita berkali-kali periode adalah dosen Sastra Indonesia. Trus mas udah tanya hal begituan belom sama Pak Rektor? Berani kagak?". 

Untuk saat ini dan sampai aku bisa benar-benar membuktikan, aku akan terus diam sambil terus berusaha. Karena terkadang ada orang-orang yang hatinya perlu disentuh. Kamu tidak usah banyak bicara dan berlaku jahat. Cukup dengan biarkan mereka melihatmu membuktikan. Itu sudah menyentuh mereka dengan caramu. Sesukamu :-)



Jangan bosan menjadi orang yang berbeda. Selama itu tidak salah.
Selalu terima kasih sama Allah, sahabatku yang tidak pernah mencela.

Wednesday, December 25, 2013

Pesing

Sepotong dialog di suatu sore, waktu aku sedang antri kamar mandi.

              “Lho Dina, ngapain kok ga masuk kamar mandi ini?” kata Mas Lucky sambil noleh ke arah kamar mandi yang kosong di antara tiga kamar mandi yang ada di kompleks UKM lantai dua.
    
              “Ngga mau mas, pesing. Aku nunggu yang ini aja,” jawabku polos sambil menyandar pada tembok di depan pintu kamar mandi.

               “Terus kalo pesing siapa yang nyiram?” timpal

Mas Lucky sambil masuk ke kamar mandi yang aku hindari tadi.

               “Deep...” kataku lirih.

Source: Okejon

Well, do you get what I mean with that dialogue? Hal buruk memang layak untuk dihindari. Tapi, sampai kapan kita akan membiarkan yang buruk tetap buruk? Kalau kita tidak mau menghadapinya, ia akan tetap buruk. Tapi kalau kita mau merelakan hidung kita tersengat bau pesing sebentar, lalu menyiramnya, bukankah bau itu akan hilang? Dan bukankah kita telah melakukan satu perbuatan kecil yang berdampak besar tanpa kita sadari?

Belajarlah pada filosofi pesing hari ini. Ternyata hidup kadang perlu peka terhadap hal yang sepele J

Salam!