Followers

Saturday, November 17, 2012

Missing Parts: Finally! Terima Kasih Warga Indonesia

23 September 2012

Terima kasih warga Indonesia buat partisipasinya membantu Lala dalam proyek Sekotak Senyum Untuk Lala. Setelah sekitar 1 bulan pengumpulan dana untuk membantu meringankan biaya operasi kedua Lala dari yang mengumpulkan  koran-koran, plastik bekas, pakaian sampai panas-panasan rombeng sana rombeng sini, alhamdulillah bantuan buat Lala bisa tersalur dengan baik.

Total dana yang disalurkan adalah Rp 12.856.800,- yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia mulai dari para anggota Masyarakat Skoliosis Indonesia, aktivis kesehatan, kerabat-kerabat, teman-teman SMA, teman-teman les, teman-teman kuliah, saudara, bahkan orang-orang yang aku belum kenal sebelumnya. Makasih atas kepekaan kalian terhadap sesama, biar Allah yang membalas kebaikan kalian :-)


Lala udah bisa senyum sekarang
 Lala masih harus menjalani beberapa kali operasi skoliosis lagi sampai usia mature. Operasi kedua ini hanya mengambil skrup titan yang bengkok di bagian punggung karena tulang Lala yang terus tumbuh sedangkan titan di punggungnya harus mengikuti bentuk punggungnya. Karena keterbatasan biaya, di operasi kedua ini tidak dilakukan koreksi kurva. Astaghfirullah...semoga melalui sakit ini, Lala diampuni dari segala dosa. Betapa malu rasanya kalau kita masih mengeluh tentang sakit yang tidak seberapa. Betapa malu rasanya kalau skoliosis kita yang tidak seberapa, di mana kita masih bisa berjalan tegak dan masih bisa bernapas lega melihat Lala yang untuk berdiri saja tidak bisa tegak. Untuk bernapas saja masih sering tersengal. Ini jadi pelajaran berharga buatku dan teman-teman skolioser yang lain. Skoliosis adalah bagaimana kita bisa menghargai si Backy, punggung kita, tanpa perlu marah akan bentuknya. Tapi hal berguna apa yang kita bisa lakukan dengan si Backy. Bukan sekedar mengeluh dan rendah diri. 

Ini dia si Lala, si gadis hebat yang kuat

Proses penandatanganan kwitansi bantuan buat Lala yang ditandatangani Mbak Yuyun, ibu dari Lala
 Ibu dan bapak yang menemani kami malam itu, ikut merasakan apa yang Mbak Yuyun rasakan. Apalagi ibu. Ibu tidak bisa menyembunyikan air matanya, "Lala yang kuat ya, Lala pinter kok ya...cepat sembuh. Nanti biar bisa main kayak Mbak Dina-Dini gini". Melihat Lala yang hanya bisa tersenyum bingung, dan dari matanya aku tau dia masih menyimpan sedikit pesimisme. "Ngerasakno aku biyen duwe anak kembar, loro karone operasi mbak...sameyan sing sabar, ben Lala yo iso cepet sembuhe...", kata ibu kepada Mbak Yuyun, artinya, "Merasakan saya dulu punya anak kembar, dua-duanya operasi mbak...mbak yang sabar, biar Lala juga bisa cepat sembuhnya...". Ibu memang makhluk yang paling sentimental.
Proses penyerahan dana bantuan dari masyarakat Indonesia yang diserahkan kepada Raudatul Laila Hikmah (Lala) melalui Dina dan Dini

Aku, Dini, dan Mbak Yuyun
Kami berlalu meninggalkan ruang itu. Kamar pasien yang lebih mirip seperti barak pengungsian. Di mana pasien kecelakaan dicampur dengan pasien sakit mata, pasien hydrocephalus, dan Lala. Antara lega dan sedih. Lega karena akhirnya kita semua masih diberi kesempatan untuk meringankan beban saudara kita. Lega karena kita masih diberi napas sampai detik ini secara gratis dan cuma-cuma. Tapi aku juga sedih. Sedih membayangkan apa yang akan terjadi besok, apa yang kita tidak pernah tahu. Tapi memang kita tidak berhak tahu. Yang jelas, lakukan apa yang terbaik yang bisa kalian lakukan, soal besok...let God do the rest :-)

Selamat malam, selalu jaga kesehatan, salam skolioser, dan tetap bersyukur sekecil apa pun nikmat sehat dan nikmat hidup detik ini, kiss bye :-*

Missing Parts: Ke Luar dari Zona Nyaman, Rumah

Satu bulan setelah aku masuk kuliah, aku iseng-iseng bilang ke ibu kalau aku pengen ngekos. Ibu mengiyakan. Kalau kalian tau aku tinggal di Malang dan kuliah di Malang lalu ingin ngekos, pasti kalian kaget. Waktu itu aku berpikir kayak gitu soalnya aku mulai jenuh dengan perjalanan dari rumah ke kos yang harus aku tempuh lebih dari setengah jam naik angkot. Itu berangkatnya. Kalau pulangnya, jangan heran kalau sampai satu jam. Tua di jalan, mamennn!

Aku tinggal di Kabupaten Malang, tepatnya di daerah Singosari. Walaupun rumahku hanya beberapa menit dari kota, tapi butuh waktu yang tidak sebentar untuk ke pusat kota, apalagi ke daerah kampus yang notabene lumayan jauh dari pusat kota. Dengan jadwal kuliah yang padat, tidak menentu, ditambah kalau harus pulang malam waktu ada latian, waktu ada kerja kelompok, rasanya satu jam yang aku punya hanya akan habis di jalan dengan sia-sia dan sampai rumah aku hanya bisa tergeletak capek. Apalagi daerah Singosari dikenal banget dengan julukan daerah langganan macet. Akhirnya, aku woro-woro ke semua teman kalau ada kosan yang masih kosong, mereka kudu bilang ke aku :-p

Awalnya, bapak tidak setuju aku ngekos. Aku memang sudah bisa naik motor, tapi aku belum punya SIM. Kata bapak, "Nanti kalau sudah punya uang, bapak mau belikan mobil buat Dina sama Dini". Soalnya bapak tidak begitu rela aku naik motor, maklum, sejak aku operasi 2 tahun lalu, aku memang sangat dilarang untuk jatuh. Bapak juga bilang, "Apalagi Dina kalau ngerjain tugas sukanya berantakin rumah, satu kamar ga cukup buat ngerjain tugas. Nah kalau kos, nanti bisa stres soalnya ruangannya sempit, ga kayak di rumah". Aku sih awalnya iya-iya juga sama bapak, soalnya sebenernya kalau disuruh milih, emang lebih enak di rumah sendiri walaupun jauh, daripada di rumah orang. 

Tiba-tiba pas di kelas, temenku, si Ichy, dia nyamperin aku sambil bilang, "Eh Din, kamu jadi ngekos ngga? Di kosanku ada mbak-mbak mau pindah kos soalnya dia pindah universitas. Kalo iya, ayo liat-liat dulu". Mumpung ada kesempatan emas, lagian kalau nunggu ada kosan kosong tuh musti nunggu tahun depan, aku ga pikir panjang. Besoknya, aku ajak ibu sama bapak liat kosannya Ichy.

Dari luar, kosannya kayak rumah keluarga. Warnanya orange nyala. Ada warung nasi di terasnya. Kosan ini berhadapan langsung sama sebuah musola. Awalnya aku ragu mau masuk, aku kira ini kosan campur cowok sama cewek. Ternyata, memang yang rame-rame banyak cowoknya itu warnet. Iya, di kos ini juga ada warnetnya. Trus pas masuk, di dalem ada parkiran motornya. Ini dia Teram 52 C...alias Terusan Ambarawa No. 52 C, hihihihi lucu ya namanya.




Begitu masuk, langsung deh disambut sama jemuran seabrek


 Ada 15 kamar di kosan ini. rata-rata satu kamar diisi 2 orang. Hanya ada 4 kamar termasuk kamar yang bakal aku tempatin yang diisi oleh satu orang. Uniknya, di kosan ini ga ada kamar nomor 13, hihihihi.
Ini ruang tamu di mana pertama kali aku ketemu sama Pak Kos
 Setelah 2 kali "nengokin" calon kosan, akhirnya bapak dan ibu setuju kalau aku kos di sini. Memang, kosku lumayan jauh dari fakultasku karena kosku berada di daerah gedung UM bagian depan, sedangkan fakultasku ada di gedung UM bagian belakang. Jadi, aku diizinkan buat bawa si Magic ke kampus. Setelah perjanjian sana-sini sama Pak Kos, namanya Pak Imam, akhirnya aku resmi jadi warga baru Teram 52 C. Pak Imam orangnya baik sekali, alim, dan tidak banyak mengatur. Beliau hanya berpesan, kalau semua warga Teram 52 C harus solat berjamaah baik di kamar atau di musola depan kos. Dan yang bagus lagi, tiap malam minggu di Teram 52 C ada tafsir Al-Quran sama ustadz yang didatangkan langsung sama Pak Imam. Akhirnya bapak makin lega dan rela ngelepasin aku buat ngekos, "Pokoknya di luar pengawasan orang tua, harus makin rajin ibadah aja, kuliah yang bener". Oke sip bossss :'D

Ada ruang tivinya juga

Ada 3 kamar mandi yang suka jadi tempat rebutan cewek-cewek kece

Parkiran motor yang dipenuhi sama motor-motor matic anak kosan, termasuk si Magic :-)
 Waktu awal aku mindahin barang-barang ke kosan, aku butuh waktu 2 hari buat masukin semua barang yang pengen aku bawa ke kosan. Maklum, namanya juga cewek, bapak sampe bingung ke sana-ke mari nganterin aku yang suka ribet kalau ada yang ketinggalan. Bapak sengaja ngga ikut bantuin beres-beres biar aku mandiri, katanya. Akhirnya aku angkat-angkat barang, sapu-sapu, geser sana, geser sini, sambil kayak orang bingung waktu itu. Mana pas aku pindahan itu, kosan lagi sepi soalnya itu hari Sabtu, pada pulang kampung mungkin. Bagian yang aku takutkan adalah...bagaimana kalau nanti ada cicak lompat ke arahku, di sini tidak ada ibu, tidak ada yang bakal ngusirin kecoa atau cicak buat aku. Akhirnya ketakutanku kejadian beneran. Ada cicak nempel di dalem lemari pas aku baru mau masukin barang :'(. Bingung ga ngerti musti ngapain, setelah diem hampir setengah jam, akhirnya aku nyamperin ibu-ibu yang jualan di warung depan. Inilah percakapanku dengan beliau:
"Emmmm bu, permisi....boleh minta bantuan?" sambil kedap-kedip.
"Iya, bantuan apa mbak?" dengan suara beliau yang sudah bergetar karena efek usia.
"Hehehe...bisa usirin cicak ngga, bu? Ada cicak di lemari saya, hehehe," muka udah ngelupas nih.
"Oh iya, sebentar ya..."

(beberapa menit kemudian)

"Mana mbak, cicaknya mana?" sambil bawa sapu.
"Itu bu, di dalem lemari," udah kaku nih tangan sambil nunjuk.
"Wah, susah pakai sapu, ada lidi ngga?"
"(Wah mampus mau disate nih cicak) Ehhh, bentar bu saya ambilkan di luar,"

Setelah perkelahian panjang antara ibu itu dan si cicak nakal, akhirnya cicak pun kalah dan enyah dari lemariku. Fiyuuuh.
"Makasih ya bu, ibu namanya siapa?"
"Saya Bu Sumaryono, masih saudara sama Pak Kos,"
Begitulah perkenalanku dengan Bu Sumaryono.

Dapur pertama yang suka dibuat masak sama Bu Sumaryono, sayang nih kelupaan buat ngefoto dapur kedua yang biasa buat masak sama temen-temen

Warung kecil Bu Sumaryono pas lagi tutup

Warnet Mas Fuji yang selalu rame anak-anak kecil main game 
 Nah, di pintu depan ada warnet kecil yang dijaga sama mas-mas, namanya Mas Fuji. Gila nih orang baiknya kagak ketulungan. Dari yang mulai angkat-angkat galonnya temen-temen lah, nyalain air, nungguin yang pada pulang malem, nyuci motor, wuhhh, beruntung banget deh ada orang macam Mas Fuji di kosan.

Nah, sekarang waktunya bedah-bedah kamar aku nih, peeps.

Ini dia kamarku, kamar paling depan, kamar nomor 9! :-)

Kasurku pas masih polosan

Dua lemari kecil serbaguna

Lemari khusus belajar

Lemari khusus makanan ama riasan

Dapur mini, serbaguna banget nih pas lemarinya dibuka, bisa jadi meja






Oh iya, kalau kos di daerah Malang kota nih ya, jangan lupa bawa kipas angin. Soalnya Malang "kota dingin" itu cuman bo'ongan lhooo suer :-p

Si Violy yang selalu aku bawa ke mana aja

Kasur bawah yang engga kepake, biasanya aku pakai buat setrikaan nih
Hari-hari awal di kosan tuh bawaannya pengen nangis mulu. Ini nih yang dinamain sindrom awal ngekos. Ga bayangin deh temen-temen yang ngekos dari jauh-jauh sampe beda pulau yang bisa pulang pas liburan panjang doang. Kalo aku sih gampang, pengen pulang ya tinggal pulang naik motor. Oh iya, FYI, sejak ngekos, aku makin lancar naik motor lo...udah bisa ngebonceng, soalnya tiap pagi aku bonceng Ichy ke kampus. Uda berani di jalan besar, uda berani pulang-pergi ke Singosari (padahal ga ngantongin SIM). Dan semenjak ngekos, aku makin ngehargain waktu. Pulang dari kampus ga bisa seenaknya tidur gitu aja, inget ada cucian baju, piring, belom juga masak nasi, cari makan. Belum lagi kadang air di kosan mati, jadi buat mandi ga bisa seboros pas di rumah sambil luluran trus nyanyi-nyanyi, mana ada yang antri juga. Dan di lingkungan padat gini siap-siap aja sering pedamanan listrik. Belum lagi kalau tugas laporan numpuk, eh udah harus ada kegiatan yang lain, harus latian, harus gini harus gitu.

Rasanya air setetes itu berharga. Nasi sebutir. Waktu sedetik. Uang 500 rupiah pun. Semenjak jadi anak kos, aku jadi lebih ngehargain artinya keluarga. Jauh dari bapak yang selalu nurutin apa mauku. Jauh dari ibu, yang mau masakin apa yang aku pengen. Jauh dari kakak...dari Dini yang selalu siap dicurhatin. Di kosan, aku belajar berbagi sama temen-temen lain yang belum tentu satu pendapat. Di sini, aku belajar banyak, belajar jadi Dina yang ngga manja dan jadi Dina yang mau ke luar dari zona nyamannya, rumah :-)

Sekarang udah bisa senyum nih, ngekos itu asyik kok, selama...uang jajan belum abis, hihihi. Kiss bye :-* 

Friday, November 16, 2012

Missing Parts: Sebelum Jhe Berangkat


Jhe, salah satu dari 8 orang Geng Rambut Indah (ini terdengar narsis, tapi memang rambut kami indah), teman sepermainanku pas kelas 10 dulu, mau nerusin kuliah di President University Jakarta. Nah, berhubung kami berdelapan jarang sekali bisa bertemu, akhirnya H-1 sebelum Jhe berangkat, kami maksain diri banget buat foto studio. Tapi...di hari libur waktu itu, hampir semua studio foto ternama di Malang sudah full-booked. Akhirnya, karena ngejar waktu banget, kami memutuskan untuk foto sendiri pake kameranya Fifik. Awalnya mau foto outdoor, tapi berhubung siang itu matahari lagi ngga bersahabat, akhirnya kami bikin studio foto sendiri di garasi mobil rumahnya Jhe. Setelah ribet dandan hampir satu jam (ini seriusan),


akhirnya kami mulai jepret sana jepret sini deh...tara....

Keren banget nih si Jhe kayak model di majalah apaan gitu yak, LOL

Aku sama si Bebek nih, aku kliatan kayak embak-embak yang kalo gini, hihi

Impian-impianku, semoga jadi nyata, aminnnn
Sebelum diedit
Setelah diedit. Foto pake jas almamater Stetsa. Kayak studio beneran, kan? :-D


Cherrybell lagi happening nih ya -__-



Nah, jadinya keren gini kan kalo udah diedit. Padahal cuman pake Photoshop dengan editan pas-pasan yang aku bisa :'). Dari kiri atas, Vina, me, Fifik, Lay, Bebek, Mila, Jhe, sama Didin.

The girls
Oke Jhe, kuliah yang pinter ya di Jakarta, ntar kalo balik ke Malang, kita main-main lagi sama Geng Rambut Indah ;-)

Missing Parts: Yearbook Stetsa 2012, Done!

Setelah beberapa bulan bekerja dengan Sudden Team, akhirnya saat lulus kami bisa membawakan buku proyek kami ini ke teman-teman alumni SMA Negeri 4 Malang bersama Volare. Nah, karena permintaan beberapa kakak kelas yang penasaran sama bukunya nih, kali ini aku mau share hasil kerja keras kami yang uda nguras ide kreatif, tenaga, sampe ngemis-ngemis cara sponsor sana-sini nih, hihi. Check this out...

Ini dia cover depan dan belakang buku kami. Sebenarnya di sini ada salah Grammar, hihi. Harusnya Adolescence atau Masa Remaja,tema yang kami angkat. Bukan Adolescent, hehe....soalnya artinya anak remaja. But it's never mind yang penting pesannya nyampe, hihihihi

Nah, pas dibuka nih buku, ada kejutan di halaman pertamanya. Yak, ada pop-up-nya nih kayak di video klipnya Vierra tuh, hehe. Di sini ada gambar balon udara sama kayak di cover-nya. 


Semua desain visual yang dibuat di buku ini berdasarkan ide kreatif Sudden Team bersama Volare yang divisualisasikan sama sang tangan ajaib Mbak Puput, lihat hasil-hasil karyanya di sini.
Dan yuk mari intip-intip beberapa isinya...
Filosofinya kenapa kita pake nama ini buat judul, click to enlarge.



Sudden Team berarti panitia yang kebentuk tiba-tiba gitu aja banget (pleonasme banget, ya) gara-gara pas mau lulusan, di sekolah kami belum ada panitia yang ngurusin masalah album kenangan angkatan kami. Berhubung masalah album kenangan ini di luar urusan sekolah, kami harus membentuk panitia mandiri dan bekerja sama dengan advertising yang kami setujui. Akhirnya kami bertujuh sepakat untuk membentuk panitia dadakan buat ngurusin masalah album ini. Dan taraaaa inilah kami...


Ini dia Sudden Team. Dari kiri aku, Shela, Jane, Ian, Kukrik, Gigi, dan Nanda.

Volare, advertising asal Jogja yang profesional ngurusin masalah yearbook, fotografi sampe organizing. Tim kami waktu itu terdiri dari Mbak Puput di desain, Mas Arba, Mas Aji, Mas Panjang, dan Mas Ryan di editing dan photography, and many others. Cek info Volare selengkapnya di sini.

Award buat temen-temen yang konyol nih, ada si Sony juga tuh, hihihi



Nah ini foto angkatan, maaf ya kebalik-balik gini, kelewat mau rotate, dibalik-balik aja deh kalo liat ya
:-p

Ini hasil karyanya si Ian, komik yang nyeritain tentang masa-masa SMA kita dari awal, so "hiks"


Beberapa snap shoots pas pemotretan

 





Oke, thanks Volare, thanks Stetsa, semoga buku ini tetap membawa senyuman di setiap halamannya :-)