Followers

Saturday, May 26, 2012

The Last

Hari ini, hari yang udah kita tunggu dengan "deg-deg-an" setelah UNAS 16-19 April 2012 lalu. Alhamdulillah, semua SMA Negeri di Kota Malang lulus 100% dan SMA-ku menduduki peringkat pertama dominasi NUN IPA terbaik di Malang. Ini baru pertama aku merasakan sebuah perayaan kelulusan yang sedikit berlebihan, tidak seperti kelulusan SMP, aku hanya diam di rumah bersama Dini sambil berdoa menunggu telepon dari ibu dan sujud syukur mendengarku lulus dengan nilai UNAS yang cukup membanggakan.

Tahun ini, aku mencoba menikmatinya, walaupun awalnya aku sedikit takut melihat teman-temanku yang terkesan berlebihan mencorat-coret baju masing-masing dan sebagian konvoi berkeliling kota. Awalnya aku hanya diam saja, memakai baju seragam batik sekolah dan menandatangani kain putih lebar yang disediakan sekolah dan Neutron, sambil memegang baju atasan seragam putih abu-abu yang sudah ditanda-tangani beberapa teman.

Akhirnya, aku beranikan diri setelah diajak Nana untuk bergabung bersama mereka, memakai seragam putih ini di luar seragam batikku, dan mereka tidak sekedar menandatangani seragamku, tapi juga mewarnainya dengan cat semprot. Aku bertemu beberapa teman dari SD hingga SMP yang bersekolah di SMA lain dan mereka juga bertukar tandatangan denganku. Senang rasanya bisa merasakan lulus bersama seperti ini, bertemu lagi, dan ternyata mereka mengingatku, walau kadang mereka salah memanggilku "Dini".

Sayangnya, aku ngga bawa kamera, soalnya kameranya dibawa si Dini. Dan ini gambaran euforia yang aku "colong" dari kameranya si Mega. Hihihi, thanks ya, Meg ;-)


Foto siswa Neutron dari SMA 4


Ini Oom Yudi, kepala cabang Neutron Malang-1 yang deket banget sama siswa




Serangan dari sekolah-sekolah lain, hahaha

Itu Mas Mey, salah satu karyawan Neutron





Yang tengah itu cewek cupu yang pengen ikutan keren :-D







Baju saya yang "sok keren" juga. Keren sekali, bukan?








Siangnya, aku mendapat SMS dari teman sekelasku bahwa pengumuman hasil seleksi SNMPTN jalur undangan dipercepat hari ini dari yang harusnya tanggal 28 Mei. Aku langsung bertambah "deg-deg-an". Dan sorenya aku tertidur saat menunggu jam 5 sore, waktu yang dijanjikan di website-nya. Dini membuka duluan. Dan alhamdulillah...dia diterima di Psikologi Universitas Brawijaya. Lalu aku juga mendapat kabar dari bapak, bahwa sepupuku, Fafa, diterima di School of Business and Management Institut Teknologi Bandung. Dan saat aku membuka punyaku...


"Maaf, Anda belum berhasil dalam seleksi SNMPTN Jalur Undangan 2012". Menyakitkan? Memang. Sedih? Sedikit. Putus asa? Tentu tidak.

Sedikit kecewa memang, apalagi melihat haru biru teman-teman yang juga diterima saat aku melihat timeline mereka. Melihat Dini dibanjiri ucapan selamat, dan handphone-nya berdering terus-terusan tanda banjir selamat. Melihat wajah kecewa yang tidak bisa ibu sembunyikan.

Mungkin ini dinamakan anak kembar memang harus selalu gantian. Misalnya hari ini aku pakai ini, besok Dini yang ini. Hari ini aku sakit, besok Dini. Hari ini aku bahagia, besok Dini. Kelulusan SMP aku bisa masuk SMA favorit di Malang dengan NUN yang cukup tinggi, dan Dini tidak. Tahun ini dia yang lolos undangan, dan aku tidak.

Lalu aku melihat ke langit, di atasnya masih ada langit. Melihat bulan dan Allah menyediakan bulan sabit buat mensugestiku untuk tetap tersenyum. Kalut yang berlebihan mungkin, tapi ini belum apa-apa. Perjuangan yang sesungguhnya ada di depan mata. Aku hanya baru saja kehabisan tiket VVIP, tiket kelas lain masih bisa aku beli. Toh, konser yang aku tonton juga sama. Cara masuknya saja yang berbeda.

Semangat terus belajarnya buat SNMPTN Jalur Tulis, Dina... :-)

Monday, May 14, 2012

Un Panino Di Amore



Waktu senja itu, Bello sama sekali tidak ragu. Duduk dengan anggun di keramahan jingga yang menyapa baju sifonnya, senada dengan senja, peach. Grande juga diam. Dengan sandal kesayangannya, menggaruk tanah seakan menunggu sesuatu. Fonem? Huruf? Kata? Bibir Bello tidak juga berpindah. Masih mengatup.

"How long will we be like this?" Grande memulai.

"Give me...more time. Aku cuman butuh waktu, Grande."

"Maaf...tapi roti tidak bisa menunggu lebih dari 7 hari, akan banyak saprofit di sana. Berapa lama lagi?"

"I just need time, Grande. No more!"

"Apa lagi yang membuat kamu berpikir? Kamu hanya menghabiskan sisa hidupmu dengan berpikir, pernahkah kamu melakukan sebuah spekulasi?"

"Spekulasi-spekulasi itu yang membuat aku harus berpikir ulang setelahnya. Tidakkah kamu mengerti sedikit saja, Grande? Haruskah aku menjelaskan detilnya lagi bahwa perasaanku tidak sekuat yang Wonder Woman punya?"

"Bukan seperti itu, Bel...tapi..."

"Tapi apa? What a fucking speculation!"

"Aku kira, aku adalah tunas baru saat hutan itu terbakar. Ternyata aku salah, aku terlalu cepat tumbuh, bukan?"

"Tidak, maafkan aku... Tidak ada yang salah saat Tuhan menciptakan tunas itu. Bahkan Tuhan tidak perlu kita tahu alasan menumbuhkannya. Tuhan hanya ingin dia tumbuh, tapi tak mungkin tak beralasan,"

"Ti amo, Bel..."

"Jangan katakan itu, Grande. Jangan paksakan aku berpikir, jika aku belum bisa berkata spontan...sudah ku bilang. Aku benci spekulasi."

"Kenapa kamu masih saja melihat ke belakang? Ada apa di sana? Apakah kamu pikir semua akan kembali? Apakah kamu pikir Voce bisa saja kembali? Padahal tanpa kamu tahu, tanpa dia juga tahu, dan dia juga sudah menabur garam di atas sebuah luka? Apa kamu tidak kapok? Kamu buta!"

"Aku memang buta, tapi aku punya arah!"

"Apa kamu mau kembali? Pada Voce?"

"Aku bukan ingin kembali. Aku hanya belum bisa..."

"Apa? Melupakannya?"

"Kamu jahat, Grande!"
Air mata Bello terjun bebas mengenai baju sifon itu, warna titik-titik mutiara basah itu sekarang sama dengan senja yang hampir ditelan hitam. Grande membiarkan Bello tenggelam dalam pelukannya.

"Memelukmu seperti ini... Aku hanya ingin kamu tahu, Bel. Tidak semudah itu melepas jangkar di saat badai. Don't say anything. I know what you mean...".
Bello tidak mengatakan apapun. Ia sudah tenggelam dalam laut itu. Grande bukan lagi pantai yang memeluk laut. Tapi sudah menjadi laut. Dan menenggelamkan berjuta pernyataan yang selalu menjadi pertanyaan buat Bello.

"Mungkin sekarang belum...aku juga masih sangat rindu akan pantaiku. Pantai yang lama. Voce. Tapi buat apa aku menyiksa diri. Aku hanya perlu belajar banyak. Dari kamu. Belajar agar aku mengucapkan 'ti amo' dengan lancar. Mungkin sekarang belum. Tapi jangan paksa aku cepat-cepat. Bibirku masih terlalu kelu. Jangan biarkan aku tertidur, kamu terlalu hangat, bodoh. Grande bodoh."

...
"Hey, aku dengar," Grande berbisik.

"Dengar apa?"

"Kamu pikir aku tuli, ya?'

"Apa sih?"

"Waktu aku memelukmu, kamu mengatakan sesuatu. Aku dengar,"

"Kamu bohong, aku diam, kok..."

"Kamu lupa, kan? Aku bisa dengar semuanya!"

"Bodoh!"

"Ini..."

"Kenapa cuman sepotong?"

"Kamu kan masih belajar. Kalau dikasih banyak, nanti kamu tersedak. Sedikit dulu, nanti minta lagi, oke?"

"Love is just a slice of cake? Manis...".


Wednesday, May 09, 2012

Just Click and Go

Koleksi terbaru dari Nisrinabile's Shop and Hanie Handmade di bulan Mei. Order? Contact @superselulosa or Sheilla Masita. Ready stock only, sementara tidak melayani pesanan. Happy shopping ;-)