Followers

Showing posts with label scoliosis. Show all posts
Showing posts with label scoliosis. Show all posts

Saturday, November 17, 2012

Missing Parts: Finally! Terima Kasih Warga Indonesia

23 September 2012

Terima kasih warga Indonesia buat partisipasinya membantu Lala dalam proyek Sekotak Senyum Untuk Lala. Setelah sekitar 1 bulan pengumpulan dana untuk membantu meringankan biaya operasi kedua Lala dari yang mengumpulkan  koran-koran, plastik bekas, pakaian sampai panas-panasan rombeng sana rombeng sini, alhamdulillah bantuan buat Lala bisa tersalur dengan baik.

Total dana yang disalurkan adalah Rp 12.856.800,- yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia mulai dari para anggota Masyarakat Skoliosis Indonesia, aktivis kesehatan, kerabat-kerabat, teman-teman SMA, teman-teman les, teman-teman kuliah, saudara, bahkan orang-orang yang aku belum kenal sebelumnya. Makasih atas kepekaan kalian terhadap sesama, biar Allah yang membalas kebaikan kalian :-)


Lala udah bisa senyum sekarang
 Lala masih harus menjalani beberapa kali operasi skoliosis lagi sampai usia mature. Operasi kedua ini hanya mengambil skrup titan yang bengkok di bagian punggung karena tulang Lala yang terus tumbuh sedangkan titan di punggungnya harus mengikuti bentuk punggungnya. Karena keterbatasan biaya, di operasi kedua ini tidak dilakukan koreksi kurva. Astaghfirullah...semoga melalui sakit ini, Lala diampuni dari segala dosa. Betapa malu rasanya kalau kita masih mengeluh tentang sakit yang tidak seberapa. Betapa malu rasanya kalau skoliosis kita yang tidak seberapa, di mana kita masih bisa berjalan tegak dan masih bisa bernapas lega melihat Lala yang untuk berdiri saja tidak bisa tegak. Untuk bernapas saja masih sering tersengal. Ini jadi pelajaran berharga buatku dan teman-teman skolioser yang lain. Skoliosis adalah bagaimana kita bisa menghargai si Backy, punggung kita, tanpa perlu marah akan bentuknya. Tapi hal berguna apa yang kita bisa lakukan dengan si Backy. Bukan sekedar mengeluh dan rendah diri. 

Ini dia si Lala, si gadis hebat yang kuat

Proses penandatanganan kwitansi bantuan buat Lala yang ditandatangani Mbak Yuyun, ibu dari Lala
 Ibu dan bapak yang menemani kami malam itu, ikut merasakan apa yang Mbak Yuyun rasakan. Apalagi ibu. Ibu tidak bisa menyembunyikan air matanya, "Lala yang kuat ya, Lala pinter kok ya...cepat sembuh. Nanti biar bisa main kayak Mbak Dina-Dini gini". Melihat Lala yang hanya bisa tersenyum bingung, dan dari matanya aku tau dia masih menyimpan sedikit pesimisme. "Ngerasakno aku biyen duwe anak kembar, loro karone operasi mbak...sameyan sing sabar, ben Lala yo iso cepet sembuhe...", kata ibu kepada Mbak Yuyun, artinya, "Merasakan saya dulu punya anak kembar, dua-duanya operasi mbak...mbak yang sabar, biar Lala juga bisa cepat sembuhnya...". Ibu memang makhluk yang paling sentimental.
Proses penyerahan dana bantuan dari masyarakat Indonesia yang diserahkan kepada Raudatul Laila Hikmah (Lala) melalui Dina dan Dini

Aku, Dini, dan Mbak Yuyun
Kami berlalu meninggalkan ruang itu. Kamar pasien yang lebih mirip seperti barak pengungsian. Di mana pasien kecelakaan dicampur dengan pasien sakit mata, pasien hydrocephalus, dan Lala. Antara lega dan sedih. Lega karena akhirnya kita semua masih diberi kesempatan untuk meringankan beban saudara kita. Lega karena kita masih diberi napas sampai detik ini secara gratis dan cuma-cuma. Tapi aku juga sedih. Sedih membayangkan apa yang akan terjadi besok, apa yang kita tidak pernah tahu. Tapi memang kita tidak berhak tahu. Yang jelas, lakukan apa yang terbaik yang bisa kalian lakukan, soal besok...let God do the rest :-)

Selamat malam, selalu jaga kesehatan, salam skolioser, dan tetap bersyukur sekecil apa pun nikmat sehat dan nikmat hidup detik ini, kiss bye :-*

Thursday, August 02, 2012

Senyum Untuk Lala




Teman-teman pernah baca postinganku tentang Lala’ gadis kecil skolioser yang dulu, kan? Kalo belum, baca di sini.

Tadi siang aku baru saja mendapat kabar dari Mbak Yuyun, ibu Lala. Lala harus segera menjalani operasi kedua karena tiba-tiba kakinya sakit karena skolinya yang sudah lebih dari 100 derajat sudah mulai membuat syaraf di daerah kakinya terjepit. Memang Lala harus segera menjalani operasi ini karena ia harus dioperasi sekitar 4 kali agar skolinya tidak membuat organ tubuhnya terebut, notabene jantung dan paru-paru Lala sudah berkurang fungsinya akibat pendesakan tulang rusuknya.

Mbak Yuyun sudah tidak tahu harus bagaimana. Jaminan Kesehatan Daerah yang ia punya sudah tidak bisa dipakai. Ditambah lagi, ia hanya berjualan pulsa dan makanan seadanya di depan rumah. Begitu mendengarnya, aku langsung menangis. Ya Allah, Ramadhanmu begitu indah... Semoga ini adalah ujian Ramadhan yang indah untuk Mbak Yuyun dan Lala. Di tahun kedua aku hidup dengan titanium di punggungku, aku ingin semakin bisa berbagi dengan sesama skolioser, Ya Allah... Aku tau aku tidak punya banyak uang untuk membantu. Aku belum bekerja. Aku masih meminta bapak-ibu.

Aku langsung bercerita pada ibu. Ibu hanya bisa berkaca-kaca dan beristighfar, Ibu ingin sekali membantu. Tapi aku dan Dini baru saja masuk kuliah. Biaya kuliah juga mahal. Orang tuaku tidak punya cukup uang untuk membantu. Aku minta bantuan Mbak Hani, Alhamdulillah dia bisa membantu walaupun tidak banyak. Aku SMS semua teman-teman dekatku, Dini juga. Bahkan teman-teman Dini pun ikut membantu. Ya Allah...aku tidak menyangka mereka sungguh berhati mulia, lihatlah mereka Ya Allah...

Aku lalu ingat tabungan di rekeningku yang aku kumpulkan untuk membeli hape baru. Ya Allah...aku tidak perlu hape baru, aku hanya perlu senyum Mbak Yuyun dan Lala. Aku tau rasa sakit yang dirasakan Lala karena aku pernah mengalaminya. Bahkan rasa sakitku dulu mungkin tidak sesakit Lala Ya Allah...

Lala anak yang cerdas, dia harus bertahan hidup lebih lama Ya Allah...

Ya Allah, dukunglah niat baik kami...

Aku juga ingat, aku punya anting emas yang sudah lama sekali tidak aku pakai. Aku juga ingat, aku punya berkardus-kardus buku bekas di gudang. Aku ingat, aku punya baju-baju bekas di gudang. Semoga semua ini Engkau lihat selalu Ya Allah. Aku akan menjual semua itu, demi Lala, Ya Allah...

Aku tahu, uang yang akan kami dapat tidak seberapa. Tapi Engkau lihat niat kami Ya Allah...uang datangnya bisa dari mana saja. Setidaknya kami mencoba menghibur Mbak Yuyun dan Lala. Lala’ masih kecil Ya Allah... Aku meminta SMS, minta bantuan teman-teman, teman kelas, teman sekolah, teman skolioser, MSI...di sinilah aku merasa bangga punya mereka. Alhamdulillah teman-teman, niat baik kalian adalah tabungan kita di masa depan. Aku bangga kalian juga mau membantu Lala dan Mbak Yuyun.

Buat teman-teman lain yang ingin membantu Lala, baik itu dalam bentuk apa pun, bisa hubungi saya. Insya Allah, bantuan dari teman-teman bisa meringankan beban Lala. Allah melihat selalu niat baik hamba-Nya, bukan nilai yang akan Allah lihat, tapi kesungguhan kita dalam membantu sesama. Bismillahirrahmanirrahim...

Allah, mudahkanlah jalan kami. Kami sayang Lala. Lala harus sembuh.

Ini buat Lala, semoga membantu...

Saturday, March 17, 2012

Another Scolioser Story

Cerita tentang skoliosisku, Dini, dan skolioser yang pernah aku temui, memang tidak akan pernah ada habisnya buat diceritakan. Sejak operasi setahun yang lalu, aku makin gemar melihat fisik orang yang aku temui. Kalau orang biasanya melihat seberapa seksi seorang cewek, atau seberapa keren seorang cowok, yang aku lihat bukan itu. Yang aku lihat, seberapa luruskah punggung mereka. Jadi jangan kaget, aku tahu siapa yang skoliosis dan yang tidak, tanpa mereka harus membuka baju. Aku sudah terlalu profesional untuk mengetahuinya. Sampai sekarang, sudah ada 8 skolioser yang aku temui di sekolah.

Salah satu teman skolioserku, Chandra, memberitahuku bahwa salah satu saudara pacarnya ada yang skoliosis, dan telah menjalani operasi. Tidak banyak pikir, aku dan Chandra langsung meluncur ke rumah sakit untuk menjenguknya. Agak sulit untuk akhirnya menemukan ruangan tempat dia dirawat. Yang kami tahu, namanya Lala'. Kami bahkan tidak tahu nama lengkapnya, alamatnya. Namun akhirnya, kami bisa menemukannya di ruang rawat mata. Sungguh sistem rumah sakit yang kurang begitu baik.

Namanya Lala'. Raudatul. Dia gadis kecil berumur 10 tahun, juvenile scoliosis dengan kemiringan 110 derajat. Kesan awal yang aku tangkap darinya adalah HEBAT.

Saat aku datang di kamar rawat inap yang terdiri dari 7 pasien dalam satu ruangan, bahkan ada pasien hydrocephalus, aku sangat kaget. Dia sudah berdiri tanpa menggunakan brace dan tidak nampak seperti pasien yang telah dioperasi, padahal baru 2 minggu dia menjalani operasi. Dia bahkan bisa membungkuk, menali sepatunya, dan bangun sendiri dari tempat tidurnya. Berbeda denganku, yang hingga hampir 2 bulan setelah operasi masih harus dibantu ke sana-ke mari.

Aku lalu bercerita panjang lebar dengan ibunya, Lala' tidak banyak bicara. Namun dari cerita ibunya, Bu Yuyun namanya, aku bisa tahu, Lala' gadis yang hebat. Bu Yuyun yang aku panggil Mbak Yuyun, memang pantas dipanggil "mbak" karena umurnya sama dengan kakak pertamaku. Dan umur Lala' sama dengan adik terakhirku.

Lala' masih harus menjalani 3-4 operasi lagi. Ruang jantung dan paru-parunya telah direbut oleh si skoli. Jantungnya sudah berpindah posisi. Paru-parunya sudah tidak berfungsi sebelah. Itu yang mengakibatkan Lala' mudah sesak napas saat merasa tertekan atau terkejut. Tapi aku salut, semangatnya untuk sembuh membuatku tidak habis pikir. Dengan keadaan keluarga yang dibilang kurang dari cukup, ibu yang masih sangat muda, dan operasi sebesar itu...mereka masih bersemangat untuk memperbaiki kualitas hidup.

Saat Mbak Yuyun mengatakan Lala' sempat minder dan menangis di sekolah, aku lalu mengatakan, "Ngga usah minder, Lal, aku dulu juga gitu kok...tapi percaya, ngga? Hasil riset dokterku mengatakan, rata-rata skolioser itu cerdas dan cantik, lho...percaya ngga?". Mbak Yuyun lalu bilang,"Iya dong, wong Lala' selalu juara di sekolah kok ya...bener kata Mbak Dina tuh Lal, kamu kan spesial...".

Besoknya, aku mengajak teman skolioser lagi, si Titis, yang satu sekolah denganku. Aku berjalan kaki dari sekolah ke rumah sakit sambil bercerita banyak dengan Titis. Dari yang mulai awal Titis merawat skolinya sampai cita-cita kami untuk memajukan kesadaran akan skoliosis di Malang. Semoga mimpi kami bisa terwujud kelak, kami tidak akan lelah bermimpi.

Aku lalu meminjami Lala' semua buku tentang skoliosis yang aku punya. Ini hobiku, berbagi buku dengan para skolioser. Dan hari itu pula, Lala' sudah boleh pulang, dan akan kembali ke RS untuk operasi kedua, 2 bulan lagi.

Hari Minggu sepulang pengajian rutin, aku mengajak bapak, Ibu, dan Dini berkenalan dengan Lala' dan Mbak Yuyun. Rumahnya jauh sekali, di pinggiran Malang, tepatnya di kabupaten, di Tumpang. Tidak sulit menemukan rumahnya, karena terletak di pinggir jalan. Lala' sudah berdandan cantik. Kami semua berbagi cerita ke sana-ke mari. Dan itulah hal yang paling menyenangkan. Berbagi.

Aku tidak akan bosan untuk berbagi, ini sudah janjiku. Janji seorang gadis yang tidak sempurna, yang tidak sedang mencari teman senasib karena sakit. Karena skoliosis bukan penyakit. Bukan mencari teman yang sama-sama penderita skoliosis, karena skoliosis bukan penderitaan. Tapi dia teman, dan salah satu cita-citaku bersama Dini, Chandra, Titis, dan teman-teman yang lain adalah memajukan komunitas skolioser di Malang di bawah Masyarakat Skoliosis Indonesia.

Oh iya, bahkan, para skolioser di Malang kesadarannya sudah mulai tumbuh, lhoh. Beberapa hari yang lalu, ada orang tua dari salah satu skolioser yang datang ke rumahku. Menyenangkan sekali bisa berbagi seperti ini. Dan aku tidak pernah bosan. Once scoliosis, forever scoliosis. I'm scolioser and I'm proud to be scolioser :-)

Saturday, July 30, 2011

You Are Our Hero!

Hari itu aku sedang duduk santai di depan televisi. Tiba-tiba Dini, saudara kembarku, bilang bahwa ada kabar duka, status Facebook Mba Mita bilang bahwa seseorang telah kembali ke rahmatullah. Spontan aku langsung mencari tahu kebenarannya. Dan teman-teman skolioser mengatakan bahwa beliau memang telah meninggalkan dunia ini pada tanggal 23 Juli 2011 yang lalu sekitar 3 dini hari.

Prof.DR.dr. Subroto Sapardan SpB(K), SpOT . Beliaulah yang aku maksud. Seorang pahlawan tulang belakang yang telah meletakkan karya-karya mulianya di ratusan tulang manusia Indonesia. Aku memang tidak tahu banyak tentangnya. Aku bahkan tidak mengenalnya. Tetapi, berkat dia, dokterku dan dokter-dokter lain mendapat ilmu berharga untuk menyelamatkan hidup kami, para skolioser.

Setahun lalu dr. Subhan bilang bahwa beliau, dr. Broto, sedang bertarung dengan stroke, namun ia tetap berada di ruang operasi untuk membantu me-manage dokter lain, sekali pun itu beliau dalam keadaan sakit. Ya. Sakit.

Itu lah hebatnya beliau, walaupun aku tidak kenal, tapi aku tahu, jasanya sangat besar, khususnya buat skolioser Indonesia. Masyarakat Skoliosis Indonesia pun bukan apa-apa tanpa dokter-dokter pahlawan seperti beliau. Saat aku update Twitter-ku tentang beliau, Mba Tori, salah seorang skolioser yang juga kakak kelasku, baru tahu akan hal itu. Dan dia, teringat kembali masa 6 tahun silam di mana dia bertarung di kamar operasi dan diselamatkan oleh dr. Broto di salah satu rumah sakit di Jakarta. Dari cara dia bersedih, aku tahu, dia sangat berterima kasih kepada beliau. Dokter, lihat, kau telah menyelamatkan kami.

Ada, atau pun tidak ada, kami akan selalu mengenang jasa-jasa para dokter yang telah menyelamatkan semangat kami. Kami, para skolioser, akan selalu menjaga semangat untuk tumbuh dan berkembang sehebat, bahkan lebih hebat dari para manusia di luar sana. Karena kami yakin, kami luar biasa :')

Selamat jalan, dokter...

Saturday, May 28, 2011

Inspiration Award

Nah, sebenarnya, Award yang berwarna biru ini sudah diberikan kepada saya sejak awal Mei kemarin, tapi berhubung saya baru sempat mempostingnya sekarang, jadi saya publish sekarang, hehe. Yang biru ini saya dapatkan dari Adina .


Sedangkan yang berwarna-warni ini saya dapatkan dari Septi pada akhir Mei.

Award-award ini saya anggap sebagai hadiah 2nd anniversary blog saya yang sudah saya kotori sejak Mei 2009. Nah, dapet award ngga gratis, ada syaratnya:

1. Memberikan terima kasih kepada yang memberi award dan mengirimkan backlink

Terima kasih sekali dan sangat (apa bedanya) kepada Adina dan Septi yang telah memberikan kedua award di atas, saya tidak tahu, di mana ya letak ke-inspiration-an blog saya :D but those gave me more spirit to increase and increase my talent, I promise :D

2. Ceritakan sedikit tentang siapa yang memberimu award

a. Si Adina adalah sesama teman blogger yang mengidap skoliosis, dan kami yakin bahwa kami sama-sama manusia yang spesial yang dikirim oleh Tuhan. Adina memberikan saya inspirasi di saat skoliosis dan sakit jantung membuatnya "terlihat" lemah, namun semangatnya jauh dari kata lemah dan bahkan melebihi manusia yang sangat sehat :)
b. Septi baru saja saya kenal sejak ia membaca posting saya lalu kami mulai berteman, dia bersekolah di sekolah tetangga, yaitu SMAN 1 Malang. Dan hei, dia teman si Sony :D dan saya rasa dia penggemar Korea, right? :)

3. Ceritakan sedikit tentang dirimu

Oke, sebenarnya semenjak 17 tahun yang lalu saya dilahirkan di bumi, baru 2 tahun belakangan ini saya bisa mengenali dan mendapatkan jati diri saya. 2 tahun ini adalah tahun berharga di mana saya sudah bisa menerima kenyataan bahwa saya adalah seorang yang memiliki kelainan tulang belakang sebesar 62 derajat, dan menjadi 20 derajat saat sepuluh bulan yang lalu menjalani operasi. 1 tahun ini saya sedang aktif dan berpartisipasi memajukan semangat skolioser dan saya juga menjadi anggota Masyarakat Skoliosis Indonesia dan MSI Jatim. Dan saya sudah berbagi dengan 6 skolioser yang saya temui di sekolah.

4. Berikan award ini kepada 9 blogger dan jangan lupa hubungi mereka

Saya akan memberikan award ini kepada 9 orang inspirator saya, berhubung ada 2 banner, jadi saya akan membiarkan mereka memilih salah satu di antara keduanya, hehehe. Dan... Inspiration Award kali ini, akan didedikasikan kepada....jreng jreng jreng jreng *drumroll*:

a. Mba Mita seorang penggerak semangat skolioser yang merupakan salah satu sumber informasi paling tepat saat saya berada di Purwokerto. Dia juga pemrakasa berdirinya MSI cabang Jawa Tengah dan berhasil meluncurkan buku Berdamai dengan Skoliosis bersama Mba Septi Hanum. Mba Mita, aku nunggu Mba Mita mau go public lagi dan share bareng kita lagi, Mba Mita sakit apa? Semoga lekas sembuh :(

b. Kak Indi Taufik seorang skolioser yang meluncurkan dua karyanya yang menjadi Best Seller: Waktu Aku Sama Mika dan Karena Cinta Itu Sempurna. Keduanya menggambarkan kisah kehidupan yang rata-rata dialami oleh para skolioser. Dan dia berhasil menampilkan semangat di dalam kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan menginspiratif sekali, bahwa sakit tidak selamanya sesuatu yang salah. Terus berkarya, Kak!

c. Kak Tya seorang skolioser yang berbakat sekali di bidang seni rupa dan semua sketsa yang ia publish di blognya membuat saya iri sekali, hehe, dan terkadang ingin bisa menggambar seperti dia, lanjutkan bakatmu, kak!

d. Titis teman seperjuangan saya di sekolah, yang juga satu di antara skolioser-skolioser yang sempat saya dekati, hehe. Titis juga teman teater saya di Teater Setia Stetsa. Dia sangat handal jika membaca puisi dan urusan membuat penonton terharu...hem...dia jagonya. Kadang aku ingin bisa berakting seperti dia :D

e. Adina skolioser yang memberi award biru ini, jadi kamu musti ambil yang warna-warni ya, Din, hehehe. Namanya sama-sama Dina, hehe. Selain skoliosis, dia juga punya kelainan irama jantung. Hampir sama lah denganku, selain skoliosis aku juga mempunyai jantung yang lemah dan selalu tegang. Tapi aku kadang iri dengan ketegarannya dan dia sangat hobi membaca dan punya blog khusus untuk hasil resensinya, ini dia blognya.

f. Mba Alin seorang skolioser yang derajat kemiringannya sudah lebih dari 100 derajat namun semangatnya pun lebih dari 100 persen! Dia pernah tampil di acara Rossy di salah satu stasiun TV swasta bersama Kak Indi. Setahuku dari semua skolioser yang aku kenal, dialah yang paling aktif tersenyum dan jarang mengeluh. Suatu saat pasti skoliosis kakak mendapatkan tempat terindah di mana kakak ngga pernah ngerasain sakit lagi, semangat kakak patut dicontoh! :')

g. Mba Dita ini nih salah satu contoh skolioser bandel yang semangatnya juga termasuk tingkat tinggi. Dia sering banget wisata bareng temen-temen ke tempat-tempat wisata yang bisa dibilang tujuannya backpacker banget. Bikin envy ih :D. Blognya juga berisi tentang info yang tepat buat para skolioser ;)

h. Alyssa Soebandono dia artis, dan dia skolioser! Nah lho, bukan hanya orang sempurna yang bisa nongol di TV, yang istimewa kayak para skoliser pun juga bisa, kan?

i. Aul nah, kalo kedelapannya tadi itu semua skolioser, yang ini engga. Blognya menginspirasi kenapa? Karena, walaupun dia tidak memotret menggunakan kamera dan hanya menggunakan kamera handphone, tapi dia cukup jago fotografi lho, ini baru yang namanya fotografer sejati. Media terbatas bukan masalah buat berkarya ;)

Oke, sekian award yang saya berikan, terimakasih sudah menginspirasi saya, dan terima kasih untuk 2 tahun di mana saya dihargai lewat tulisan. Teruslah menjadi apa yang kamu lihat di cermin :)




Friday, February 25, 2011

What Should I Do?

Malam ini. Ya, kau bisa lihat sendiri, jam berapa sekarang. Sudah terlampau malam memang. Tapi mataku masih terpaku sedari tadi di layar komputer ini. Bukan karena keranjingan dunia maya atau apalah. Untuk menulis ini saja aku mencuri waktu. Waktu di mana aku dikurung.

Dikurung kataku? Ya. Dikurung. Entah mereka yang membuatku seperti ini, atau memang aku yang membuat diriku seperti ini. Aku tak tahu.

Andai kalian tahu, seandainya saja kalian mau membantuku sedikit saja. Pasti ini ngga akan pernah terjadi. Sekarang aku duduk di sini menahan sakit di skoliosisku, di punggungku yang menopang tubuhku.

Aku ikhlas tidak tidur semalam ini, tapi besok, aku harap kalian mengerti.

-Untuk teman-temanku yang sekarang terlelap dalam mimpinya, semoga aku ada di mimpi kalian-

Sunday, October 03, 2010

Imaginary Friend

Aku dibesarkan di dalam keluarga yang penuh kasih sayang. Namun mungkin mereka terlanjur menyayangiku. Aku tidak menyesal, justru aku beruntung, aku bisa belajar menyayangi dari mereka. Namun, aku mengaku, aku minus dalam hal berteman.

Kalo ngga ada yang mengajakku bicara, aku jarang sekali memulai pembicaraan. Entah kenapa, dari lahir, beginilah sifatku. Aku tidak mudah bergaul. Bahkan aku termasuk tipe anak yang mudah menangis jika disakiti sedikit saja. Aku juga tidak pandai membuat lelucon. Aku lebih sering terlihat pendiam daripada tertawa. Tapi setidaknya, banyak yang memuji senyum manisku, jadi aku akan berusaha terus tersenyum, hihihi...

Sejak TK, aku dan Dini memang selalu paling tinggi di sekolah. Memang postur ini keturunan. Kami mensyukurinya. Sampai-sampai saat TK dan SD banyak yang memanggil kami "Mbak" karena mereka kira yang tinggi itu lebih tua. SMP dan SMA pun kami masih selalu termasuk "Yang paling" tinggi.

Tapi aku bersyukur, mereka menyayangiku apa adanya walaupun aku selalu terlihat paling menjulang saat upacara. Bahkan setelah operasi skoliosis, tinggiku bertambah 3 senti dan mereka bilang mereka tidak mempermasalahkannya.

Namun, apa arti sebuah kata manis jika kenyataannya pahit?

"Aku ngga mau ah jalan ama Dina, ketinggian sih,"

"Aku ngga mau deket-deket Dina ah, ntar aku jadi pendek,"

"Dina, kamu menjulang,"

"Haduh, panas, eh, Din, agak ke sini dong. Nah, sekarang ngga panas lagi,"

"Dina, kamu kok kayak tiang listrik sih,"

"Dina, kamu gigantisme?"

Bahkan saat aku bilang aku selalu kesusahan mencari celana, mereka bilang, "Salah sendiri kamu ketinggian,"

Angin lalu. Ya. Aku yakin itu cuman orong-orong ngga penting. Aku tahu, Allah punya maksud lain dengan postur ini.

Tapi, aku harap jangan jauhi aku teman, jangan hanya karena fisikku. Jangan karena aku ngga bisa serame kalian, seceria kalian, sepintar kalian dalam membuat lelucon, dan sekreatif kalian dalam canda dan tawa. Tapi kalo kalian mau menjauhiku, aku mohon, jauhi aku karena sifat burukku, bukan apa yang terlihat...

Allah, aku ingin punya teman sejati. Teman yang engga pandang bulu. Dan dia, mampu membuatku senyum secara alami...

Haruskah aku selalu bermain dengan teman khayalanku?

photo from Bintang Jatuh .

Tuesday, September 28, 2010

Hafiz dan Ulahnya

Hafiz. Di keluargaku, siapa sih yang ngga kenal dia? Cucu yang paling bandel sedunia dan super ngga bisa diem. Kalo dia udah mulai berulah, mungkin itu adalah mimpi buruk. Tapi di dalam hatinya, ia masih punya sisi yang luar biasa.
Waktu aku buka computer dan ngeliat foto-fotoku pas operasi, aku nemu ulah-ulah Hafiz yang malah bikin aku gemes. Waktu itu aku inget, malem-malem ujan deres pula, si bocah 5 tahun ini bela-belain jenguk aku sama Dini di rumah sakit sama Om dan Tanteku. Terus dia bawa buku gambar dan spidol. Bu Us, begitu panggilanku kepada Tanteku, menyuruhnya menggambarku dan Dini yang lagi terbaring lemah malam itu. Dan...inilah ulahnya...
Waktu dia nunjukin gambar ini ke aku sama Dini, aku langsung takjub. Bocah bandel itu ternyata bisa berekpresi dan mengejutkan orang lain.
Setelah aku pulang dari RS, kami menginap di rumah nenek. Setiap siang, Hafiz selalu ngga pernah absen nemenin kami. Dia bawa balon, dan segala mainan ngga penting lainnya. Dia tiup sekitar sepuluh balon warna-warni dan memasukkannya ke kamar kami. Katanya biar aku sama Dini punya mainan. Dia juga pernah membawakan balon pasta tiup. Dan itu semua buat aku dan Dini.
Begitu juga waktu kami mau pulang ke Malang. Dia bawakan satu kantung penuh makanan dan minuman buat bekal kami balik ke Malang. “Ini buat Mbak Dina-Dini,” katanya. Yaah, mungkin itu buat tebusan setelah beberapa waktu lalu dia hamper bikin HP-ku ilang di bioskop. Haha, Hafiz...Hafiz. Waktu balik ke Malang, ada satu koper yang ketinggalan di Purwokerto. Hafiz dan Bu Us nganterin barang itu. Untungnya kami belum jauh. Hafiz, bocah hiperakif yang penuh dengan kejutan. Semoga saat besar nanti, dia engga se-hiper ini dan bisa ngebanggain orang tuanya.

Saturday, September 11, 2010

Tulangku Berasa Disulap!

Lihat nih, skoliosis awalku dengan kurva 62 derajat sebelum operasi, dan 20 derajat setelah operasi...

Saturday, August 28, 2010

Ini, Di Atas Kasur Ini

Semua...yang tadinya aku bisa, jadi susah, bahkan tidak bisa. Lagi.

Aku kira, semua bakal segampang orang bilang. Aku kira, semua bakal seindah yang aku bayangkan. Ternyata aku salah. Semua sangat susah. Aku, yang hanya diam, tidur telentang dengan mengerang, tiada lagi yang istimewa. Hanya hari-hari membosankan.

Dengan tangisan di setiap bangun tidurku. Keluhan di setiap gerakku. Dan erangan di setiap langkahku. Aku pilu. Bukan. Aku tidak ingin dikasihani karena sakitku.

Aku hanya ingin dunia tau. Aku tidak bermimpi untuk sembuh. Aku, yang hanya diam tidur di sini, hanya ingin dunia tau. Aku ingin bebas dalam sedihku. Aku ingin tawa orang yang sayang padaku. Dan aku ingin dunia tau, sakitku bukan karena skoliosis ini. Aku hanya ingin dimengerti.

Monday, August 09, 2010

Di Sini Aku Memulainya

Hari ini, Senin, 9 Agustus 2010, jam 12 lewat sepuuh, aku sendiri di kamar ini. 24 jam kurang sepuluh menit sebelum operasiku besok.

Kamar biru bernama Atlas di RSOP Purwokerto ini akan aku tempati seminggu ke depan. Aku tidak merasa sedang dalam sebuah rumah sakit. Ini seperti hotel. Tidak ada yang membuat suasana menjadi rumah sakit dengan hotspot, kulkas, teve, dan sofa yang empuk ini. Cat dinding ini sedikit membuatku merasa nyaman, walaupun tadi agak lemas saat periksa darah karena darahku tidak kunjung mengalir sehingga harus diulang.

Petugas makanan itu datang dengan sayur sop, empal, perkedel, dan buah pepaya serta air putih itu.

Dengan baju barong, celana bekas busana muslim, dan selop batik ini, aku sendiri. Bapak dan Dini sedang membeli makan siang.

Tapi aku merasa sangat dekat dengan Allah sekarang. Aku merasa ada yang sedang memelukku dalam kedinginan dan ketakutan ini. Allah, aku siap, untuk besok...