Followers

Wednesday, December 15, 2010

LOMBA MENULIS SURAT 'INSPIRATIF'

Dalam rangka menyambut Milad Esa Panama pada tanggal 18 Desember nanti, serta kedatangan penulis/novelis bestseller Habiburrahman El-Shirazzy di Hong Kong minggu pertama Desember 2010, secara pribadi Esa Panama mengadakan syukuran dan berbagi kasih dalam bentuk ungkapan kata hati berupa Lomba Menulis Surat Inspiratif.

SYARAT DAN KETENTUAN :

1. Surat dibuat dalam bentuk file Words huruf Times New Romans ukuran 12. Spasi 1,5. Maksimal 3 halaman.

2. Kirim surat karya mu ke alamat email : esa_subang@yahoo.com dan cc kan ke utomo_susie@yahoo.co.id

dengan subjek : Surat Inspiratif

3. Sertakan pula biodata pada bagian akhir surat terdiri dari : nama asli, nama pena, nama blog/fb, nomor tlp yang bisa dihubungi dan alamat lengkap peserta.

4. Batas pengiriman surat tgl 15 Desember 2010. Pkl 12.00 waktu Hong Kong.

5. Peserta wajib memposting informasi lomba ini di blog atau fb masing-masing dengan mentag Esakura Cinta, serta 25 teman lainnya. Yang memposting di blog dipersilahkan memberikan link/tautan postingan tema lombanya pada wallfacebook Esakura Cinta. Buat setingan postingan untuk umum/everyone.

HADIAH :

Juara 1

Mendapat novel Bumi Cinta (insya Allah di-ttd langsung oleh Kang Abik) + Kumpulan Cerpen FLP Hong Kong (juga di ttd oleh penulis) +pulsa Rp. 50 ribu

Juara 2

Mendapat novel Bumi Cinta (insya Allah di-ttd langsung oleh Kang Abik) + Kumpulan Cerpen FLP Hong Kong (juga di ttd oleh penulis) + pulsa Rp. 20 ribu

Juara 3

Mendapat novel Bumi Cinta (insya Allah di-ttd langsung oleh Kang Abik) + Kumpulan Cerpen FLP Hong Kong (juga di-ttd oleh penulis)

Tulisan yang masuk ke panitia dan dianggap menarik akan mendapat kenangan/souvenir dari Hong Kong.

Hadiah akan dikirim langsung ke alamat pemenang termasuk pulsa.

DEWAN JURI :

1. Esakura Cinta

2. Susi Utomo

3. Okti Li

Surat yang masuk menjadi milik penyelenggara. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.


Kunjungi facebook Esakura Cinta.

Saturday, December 11, 2010

Quote of the Day

"When a friend is in trouble, don't annoy him by asking if there is anything you can do. Think up something appropriate and do it."

-Edgar Watson Howe-

Sunday, November 28, 2010

Your Market, Your Center

Tadi siang aku ikut ibuk ke pasar. Pasar memang sudah dipandang sebelah mata bagi kalian para borjuis pecinta tempat mewah. Becek dan panas aku tak peduli. Tapi di sini mereka sibuk sangat alami. Lensaku tak bisa berhenti. Mengabadikan gerik mata para businessman dalam lensaku yang takkan pernah mati.

Ikan segar diantar dari tangan ke tangan
Dengan keringat di siang bolong
Menaikkan ikan di atas neraca
Membaca tanda-tanda mata uang sampai di mata
Bodoh amat bau amis menyengat
Habis ikan, habis juga keringat
Rezeki tak boleh diumpat

Warna-warni bukan pensil warna
Hasil petik memang berwarna
Memang panas juga berwarna
Namun tenda bisa menutupinya
Tak peduli sesak menerpa
Sayur segar harus sampai di tangan tuan



Tak peduli fashion lagi
Celana ku tekuk, yang penting asyik
Puntung ku pegang sambil niaga
Sepuluh ribu bisa anda bayar
Tiga buah anda bawa pulang
Ini kain memang sekedar kain
Namun faedahnya bukan main
Sayang anak, sayang suami
Taplak ini boleh dibeli
Kemarin aku padukan satu dan dua
Sekarang sudah satu dan tiga
Dua belas ribu sudah tak laku
Tiga belas ribu satu kilo
Untuk natal dan tahun baru
Aku tak mau tahu, aku harus dapat untung

Tas selempang teman jalanku
Ibu-ibu pada beradu
Mulut berkicau yang penting laku
Aku berdiri, ini hasilku
Uang di tangan buat istriku




Saturday, November 27, 2010

Quote of the Day

"Physical disability, it does not mean heart defect"

-Dina Nisrina-

Kejar Bintang?


Oh iya, waktu itu Mas Dwi Ilalang sang sutradara hebat di perfilman Indonesia sempet mampir ke sekolahku, Stetsa. Nah, dia dalam rangka mencari bintang baru dari daerah, khususnya Jawa Timur buat mendukung pembuatan film Bintang Sobek yang berlatar belakang nasionalisme.

“Dibutuhkan keberanian untuk jadi seorang pengecut” itulah quote film ini. Usai Mas Dwi Ilalang ngasi synopsis cerita dan session tanya jawab di Aula Tugu Bersama, dia menjelaskan bagaimana casting yang dia maksud nantinya.

Jadi, persyaratan casting hanya cukup membeli perdana Flexi sebesar 50 ribu yang sudah termasuk biaya asuransi dan nantinya, bisa digunakan untuk tiket menonton film ini. Film yang rencananya akan diputar di bioskop nasional Mei 2011 ini udah jadi magnet buat temen-temen di sekolah. Semua anak teater pun sampai diwajibkan ikut.

Namun aku tidak ikut casting itu, bapak bilang lebih baik seorang perempuan tidak terjun di dunia hiburan, bapak tidak suka. Yah, aku tidak bisa memaksa, Allah sudah menentukan. Sukses buat temen-temen yang ikutan casting, dan Mas Dwi Ilalang beserta crew buat film ini J

Okay, segitu dulu deh blog ngga penting ini. Lomba selanjutnya sudah menunggu. Nantikan aku ya, lomba kritik iklan selular dan iklan rokok! Yippie~

Sunday, October 03, 2010

Imaginary Friend

Aku dibesarkan di dalam keluarga yang penuh kasih sayang. Namun mungkin mereka terlanjur menyayangiku. Aku tidak menyesal, justru aku beruntung, aku bisa belajar menyayangi dari mereka. Namun, aku mengaku, aku minus dalam hal berteman.

Kalo ngga ada yang mengajakku bicara, aku jarang sekali memulai pembicaraan. Entah kenapa, dari lahir, beginilah sifatku. Aku tidak mudah bergaul. Bahkan aku termasuk tipe anak yang mudah menangis jika disakiti sedikit saja. Aku juga tidak pandai membuat lelucon. Aku lebih sering terlihat pendiam daripada tertawa. Tapi setidaknya, banyak yang memuji senyum manisku, jadi aku akan berusaha terus tersenyum, hihihi...

Sejak TK, aku dan Dini memang selalu paling tinggi di sekolah. Memang postur ini keturunan. Kami mensyukurinya. Sampai-sampai saat TK dan SD banyak yang memanggil kami "Mbak" karena mereka kira yang tinggi itu lebih tua. SMP dan SMA pun kami masih selalu termasuk "Yang paling" tinggi.

Tapi aku bersyukur, mereka menyayangiku apa adanya walaupun aku selalu terlihat paling menjulang saat upacara. Bahkan setelah operasi skoliosis, tinggiku bertambah 3 senti dan mereka bilang mereka tidak mempermasalahkannya.

Namun, apa arti sebuah kata manis jika kenyataannya pahit?

"Aku ngga mau ah jalan ama Dina, ketinggian sih,"

"Aku ngga mau deket-deket Dina ah, ntar aku jadi pendek,"

"Dina, kamu menjulang,"

"Haduh, panas, eh, Din, agak ke sini dong. Nah, sekarang ngga panas lagi,"

"Dina, kamu kok kayak tiang listrik sih,"

"Dina, kamu gigantisme?"

Bahkan saat aku bilang aku selalu kesusahan mencari celana, mereka bilang, "Salah sendiri kamu ketinggian,"

Angin lalu. Ya. Aku yakin itu cuman orong-orong ngga penting. Aku tahu, Allah punya maksud lain dengan postur ini.

Tapi, aku harap jangan jauhi aku teman, jangan hanya karena fisikku. Jangan karena aku ngga bisa serame kalian, seceria kalian, sepintar kalian dalam membuat lelucon, dan sekreatif kalian dalam canda dan tawa. Tapi kalo kalian mau menjauhiku, aku mohon, jauhi aku karena sifat burukku, bukan apa yang terlihat...

Allah, aku ingin punya teman sejati. Teman yang engga pandang bulu. Dan dia, mampu membuatku senyum secara alami...

Haruskah aku selalu bermain dengan teman khayalanku?

photo from Bintang Jatuh .

Tuesday, September 28, 2010

My Big Problem?

“Bu, maaf saya hanya bisa mengerjakan satu soal saja. Itu pun belum tentu benar. Saya akan mengikuti remidi dengan baik. InsyaAllah. Semenjak saya sakit selama satu bulan kemarin, saya tidak belajar sama sekali, ditambah lagi dengan menumpuknya tugas. Maaf, Bu, saya mengecewakan. Mohon bimbingannya,”

Itulah sepenggal surat cinta yang aku tulis di kertas ulangan trigonometriku yang kedua. Aku ngaku, semalam sebelumnya, aku sama sekali tidak belajar. Bahkan aku merasa, setelah operasi ini aku jadi gampang capek. Pulang sekolah, jangankan untuk belajar, melirik meja belajar pun aku tak pernah. Aku hanya tidur karena saking lelahnya. Aku baru akan belajar saat pagi hari. Itu pun kalo aku serius.

Ditambah lagi, matematika ngga kan berhasil kalo cuman ngehafal rumus. Aku bener-bener bingung waktu itu. Sebenernya aku sudah hafal rumus-rumus itu, cuman, waktu ulangan, aku langsung nge-blank. Bahkan sebelum ulangan, aku meminjam ringkasan rumus punya Jhe, alias jimat contekan. Tapi, aku tahu, aku bukan tipe orang yang berani membuka kertas contekan saat ulangan. Aku pasrah. Ujian susulan ini aku kerjakan semampuku. Lembar pertama berhasil aku jawab 7 dari 10 soal. Dan lembar kedua, hanya 1 dari 10 soal. Parah, bukan?

Akhirnya aku serahkan hasil jerih payahku yang bener-bener payah itu ke Bu Iva. Beliau langsung bilang, “Lho, Dina, ini belum kamu kerjakan,”. Aku langsung berpamitan dan pergi begitu saja. Bu Iva membaca pesan itu, aku tahu dari raut mukanya ia sedang menahan tertawa. Mampus. Entah aku masih punya nyali atau tidak untuk bertemu beliau. Mana ada soal ulangan yang dijawab dengan surat curhatan?!

Hafiz dan Ulahnya

Hafiz. Di keluargaku, siapa sih yang ngga kenal dia? Cucu yang paling bandel sedunia dan super ngga bisa diem. Kalo dia udah mulai berulah, mungkin itu adalah mimpi buruk. Tapi di dalam hatinya, ia masih punya sisi yang luar biasa.
Waktu aku buka computer dan ngeliat foto-fotoku pas operasi, aku nemu ulah-ulah Hafiz yang malah bikin aku gemes. Waktu itu aku inget, malem-malem ujan deres pula, si bocah 5 tahun ini bela-belain jenguk aku sama Dini di rumah sakit sama Om dan Tanteku. Terus dia bawa buku gambar dan spidol. Bu Us, begitu panggilanku kepada Tanteku, menyuruhnya menggambarku dan Dini yang lagi terbaring lemah malam itu. Dan...inilah ulahnya...
Waktu dia nunjukin gambar ini ke aku sama Dini, aku langsung takjub. Bocah bandel itu ternyata bisa berekpresi dan mengejutkan orang lain.
Setelah aku pulang dari RS, kami menginap di rumah nenek. Setiap siang, Hafiz selalu ngga pernah absen nemenin kami. Dia bawa balon, dan segala mainan ngga penting lainnya. Dia tiup sekitar sepuluh balon warna-warni dan memasukkannya ke kamar kami. Katanya biar aku sama Dini punya mainan. Dia juga pernah membawakan balon pasta tiup. Dan itu semua buat aku dan Dini.
Begitu juga waktu kami mau pulang ke Malang. Dia bawakan satu kantung penuh makanan dan minuman buat bekal kami balik ke Malang. “Ini buat Mbak Dina-Dini,” katanya. Yaah, mungkin itu buat tebusan setelah beberapa waktu lalu dia hamper bikin HP-ku ilang di bioskop. Haha, Hafiz...Hafiz. Waktu balik ke Malang, ada satu koper yang ketinggalan di Purwokerto. Hafiz dan Bu Us nganterin barang itu. Untungnya kami belum jauh. Hafiz, bocah hiperakif yang penuh dengan kejutan. Semoga saat besar nanti, dia engga se-hiper ini dan bisa ngebanggain orang tuanya.

Saturday, September 11, 2010

Tulangku Berasa Disulap!

Lihat nih, skoliosis awalku dengan kurva 62 derajat sebelum operasi, dan 20 derajat setelah operasi...

Saturday, August 28, 2010

Ini, Di Atas Kasur Ini

Semua...yang tadinya aku bisa, jadi susah, bahkan tidak bisa. Lagi.

Aku kira, semua bakal segampang orang bilang. Aku kira, semua bakal seindah yang aku bayangkan. Ternyata aku salah. Semua sangat susah. Aku, yang hanya diam, tidur telentang dengan mengerang, tiada lagi yang istimewa. Hanya hari-hari membosankan.

Dengan tangisan di setiap bangun tidurku. Keluhan di setiap gerakku. Dan erangan di setiap langkahku. Aku pilu. Bukan. Aku tidak ingin dikasihani karena sakitku.

Aku hanya ingin dunia tau. Aku tidak bermimpi untuk sembuh. Aku, yang hanya diam tidur di sini, hanya ingin dunia tau. Aku ingin bebas dalam sedihku. Aku ingin tawa orang yang sayang padaku. Dan aku ingin dunia tau, sakitku bukan karena skoliosis ini. Aku hanya ingin dimengerti.

Monday, August 09, 2010

Di Sini Aku Memulainya

Hari ini, Senin, 9 Agustus 2010, jam 12 lewat sepuuh, aku sendiri di kamar ini. 24 jam kurang sepuluh menit sebelum operasiku besok.

Kamar biru bernama Atlas di RSOP Purwokerto ini akan aku tempati seminggu ke depan. Aku tidak merasa sedang dalam sebuah rumah sakit. Ini seperti hotel. Tidak ada yang membuat suasana menjadi rumah sakit dengan hotspot, kulkas, teve, dan sofa yang empuk ini. Cat dinding ini sedikit membuatku merasa nyaman, walaupun tadi agak lemas saat periksa darah karena darahku tidak kunjung mengalir sehingga harus diulang.

Petugas makanan itu datang dengan sayur sop, empal, perkedel, dan buah pepaya serta air putih itu.

Dengan baju barong, celana bekas busana muslim, dan selop batik ini, aku sendiri. Bapak dan Dini sedang membeli makan siang.

Tapi aku merasa sangat dekat dengan Allah sekarang. Aku merasa ada yang sedang memelukku dalam kedinginan dan ketakutan ini. Allah, aku siap, untuk besok...

Tuesday, August 03, 2010

My New Family


Mungkin inilah yang namanya menikmati sesuatu yang baru.

Ya, masih segar. Walaupun agak kaku, tapi inilah keluarga. Keluarga baruku. Ya, Sebelas IPA 3.

God, semoga ini awal mula yang bagus. Dua hari satu malam. Semoga akan menjadi kebaikan 2 abad satu dekade…

Our warm smile when we were working with our wall-magazine.

My Own Skies

July 26th 2010, 5.18-5.33 p.m.

Langit ini. Mungkin ngga bakal seindah violet sky di Paris yang Pak Joko pernah cerita. Tapi, senja ini jingga. Ungu. Biru. Putih. Indah. Perfect.

Subhanallah…

I am thankful for this moment, God.

Jepretanku mungkin masih sangat kurang mengekspresikan awesome-nya langit sore itu. Tapi, lihatlah. Amazing, huh?



Tuesday, July 06, 2010

Her Smile

Hey, look at this! I took this picture when Tiara, my old baby-sitter’s daughter played with me yesterday. Look at her face. What an innocent baby! I remember when I am just a little girl. Not running too far with her face. I wanna have a natural expression like her. I wanna have eyes with a pure spot like her eyes, still blank. And the very important thing, I just wanna have a smile as natural as her smile. Yeah, as natural as a baby’s smile.

How Strange



“Eh, bentar, liat deh, ngerasa aneh ngga sama tuh daun?” potongku.
“Yang mana sih?” tanya dia.
“Yang itu,” aku tunjukkan padanya.
Ya, agak susah mengamatinya bila tidak dengan mata kurang kerjaan seperti mataku. Di samping ukuran daunnya yang kecil dan banyak sekali, daun aneh ini juga agak sembunyi waktu itu. Cuman daun ini doang yang paling aneh dari ribuan daun lainnya. Aku ngga ngerti apa nama daun ini. Yang jelas, dia banyak, kayak rumput, dan berbunga kuning. Aku tanya pada kakakku yang kuliah di jurusan biologi juga ampun dah, dia kagak tau persis namanya. Tapi katanya sih, sejenis kacang-kacangan, tapi bukan kacang. (Nah trus apa’an deh kakak) -,-“
Aku suka sesuatu yang simpel, tapi mempunyai makna yang besar, lebih besar dari ukuran kesimpelan sesuatu tersebut. Perhatiin deh. Siapa lagi yang bakal bikin lubang-lubang seperti itu, kambing? Ngga kan, pasti ulat.
Ulat yang sekecil itu dengan otak sekecil upil (upil mah kegedean kaleee) aja bisa bikin gigitan yang punya nilai seni. Liat deh, ni udah aku kasi region out of focus biar jelas. Bentuknya seakan sengaja dibikin simetris kan? Ngga asal bikin lubang aja kayak ulet biasanya. Kayak biola.
Ulet aja pinter, nah, masa’ kalah sih sama ulet?!

Sunday, June 27, 2010

My Design

Tanggal 29 Juni nanti, Teater SETIA akan mengadakan demo ekskul buat adik-adik kelas yang baru. Lihat rancangan brosur yang aku buat. Hehe, lucu bukan?

This Is Not The Final

Pagi itu aku, ibu, dan bapak berangkat menuju SMAN 9, sekolah di mana tempat saudara kembarku berada. Ya, saat yang dinanti. Hari penentuan.

Dini mendapat ranking dua di kelasnya. Great, dia memang pintar. Dan dia masuk jurusan sesuai apa yang dia inginkan. IPS.

Trip ini kami lanjutkan. Sekarang menuju SMAN 4, sekolahku. Ibuku ke luar dari kelasku sambil tersenyum. Alhamdulillah, itu bukan sesuatu yang buruk mungkin. IPA, ya, aku berhasil masuk IPA. Walaupun tidak tertulis ranking seperti semester lalu saat aku ranking 5, setidaknya aku lega nilaiku naik, Allah masih menghendakiku untuk mengejar PMDK. Semoga tercapai Ya Allah, amin…

Ya. Sebuah hasil. Akan setimpal dengan sebuah usaha. Aku janji, aku akan menjadi lebih baik lagi, aku akan memulai cita-citaku di sini. Keep on fighting, Dina J

Hachiko dan Kesetiaan

Hachiko, a Dog Story.

Awalnya aku tak yakin dengan film ini. Aku kira hanya sebuah film petualang hewan biasa. Ternyata, film ini mempunyai sebuah makna yang kental. Simple. Sangat simple.

Arti penting sebuah kesetiaan.

Thursday, June 24, 2010

Yeah, Cepat Datang dan Cepat Pergi

Hari terakhir. Lembar terakhir, urutan ke sembilan puluh sekian-sekian. Alhamdulillah, aku ngga nyangka, walopun awalnya pesimis, ternyata SMA 4 mau kenal sama aku. DINA NISRINA dinyatakan tercantol di SMA 4. Makasih Allah J

MOS. Ngga serem sih, tapi inget ngga, “Pilek kak, srottt”.

Haha, cengeng. Mungkin kalian inget kan. Ya udah, lupain, hehe.

The best part of SMA 4 is: SEPULUH ENAM.

Dina Nisrina Amelinda: X-3.

Eh salah orang ding, coba cari lagi.

Dina Nisrina (doang): X-6.

Akirnya nemu. X-6.

Betah ngga ya? Anaknya serem ngga ya? Ya. Takut. Cuman itu yang selalu ada di pikiranku tiap masuk ke lingkungan baru. Apalagi ke lingkungan yang ngga pernah aku kenal sebelumnya, lingkungan asing di luar sana, baru, baunya masih baru, ya, adaptasi.

Aku duduk sama Sabila Okta Syarafina, temen SMP-ku yang ngga pernah aku kenal sebelumnya. Awalnya , dia emang kayak cewek lumrahnya. Tapi ternyata, dia punya kepribadian unik. Bukan Bela (begitu panggilannya/red) kalo ngga ada cerita tiap harinya. Sampe-sampe dari kecil dia dipanggil Bebek. Ya, Bebek.

Walopun kayak gitu, tapi dia temen sebangkuku yang ngga akan pernah aku lupa. Keusilannya, kebawelannya, childish-nya, nyebelinnya, kayaknya Tuhan ngasi warna baru sama hidupku. Ngga pernah sama sekali aku duduk dengan orang sewarna-warni dia, selama ini aku selalu duduk dengan cewek yang pendiem, sama kayak aku. Tapi Bebek ngasi warna baru di hidupku yang monoton ini, mungkin sih, kalian nyadar ngga, sekarang aku cerewet rek, hihihihi. Tapi aku suka itu, makasi, Bek J

As usual, tiap kelas pasti punya nama sebagai ikon masing-masing. Dan aku ngga nyangka, kata-kata asal ceplosku kepakek juga, PUNAH. SEPULUH ENAM HYPER. Ya, ngga nyangka akirnya nama itu terpajang di jaket kelas kami dan tersohor di muka bumi, hahaha.

Inget punah, inget binatang kan. Nah, kelas kita, masing-masing individu punya nama hewan masing-masing lhoh, for example: Sandy-Jangkrik, Bela-Bebek, Vina-Oronk2, Didinn-Plankton, Aku-Capung, Mila-Unta, Novi-Cacing, Dian-Nyet, Fifik-Beruang Kutub, Jhe- Jerapah, Laily-Singa, dan maaaaaaasih banyak lagi.

Aku betah di sini. I am home. Rasanya kalian beda dari apa yang pernah aku milikin.

Kita selalu kompak dalam episode apa pun, aku rasa. Pas FTMS kmaren aja kostum kita dan yel-yel kita divonis terbaik kedua di sekolah. Great bukan? Itu karna kita kompak rek, meskipun sering banget ada konflik di antara kita, tapi itu biasa, konflik cuman bumbu persahabatan. Bukan sahabat namanya kalo ngga pernah ada konflik, ya kan? J

Aku baru nyadar banget aku punya hal yang yang terindah pas KKS kemaren, aku ga nyangka rasa persodaraan kita gede banget ya rek, makasi udah care sama aku waktu aku sakit kmarenJ

Makasi udah ngajarin aku saling ngehormati, toleransi, arti sahabat, dan smua yang kalian pernah kasi ke aku. Makasi udah bikin aku bangga punya kalian di akhir kebersamaan kita rek, solidaritas kalian bikin aku pengen nangis, suer :’(

Makasi buat Bebek, Didinn, Fifik, Mila, Jhe, Vina, Laily yang selalu ada buat aku.

Makasi buat Ridho, Err, Sani, Mbul yang mau dengerin aku curhat.

Makasi buat temen-temen yang lain yang udah ngasi warna di awal adaptasiku, dan sekarang ngga kerasa ya, kita udah mau jadi kakak kelas, padahal barusan aja rasanya kita jadi manusia paling imut di sekolah (huek). Secepet itu ya kita bakal ngga sekelas lagi, barusan aja kemaren sore kita kenal. Tapi inilah hidup, ngga akan berjalan mundur, tapi akan terus maju.

Makasi buat kenangan terindahnya, AKU SAYANG KALIAN SEMUA, aku sekarang ngerti, bener kata Sheila On 7, “…arti teman lebih dari sekedar materi…”

Kalian masih inget lagu ciptaannya Ridho kan? Ayo kita nyanyi bareng :’)

Kita Sepuluh Enam…

Anaknya baik hati…

Kita Sepuluh Enam…

Selalu saling berbagi, juga peduli…

Walopun kami jahil

Dan juga suka usil

Walopun hobi ngupil

Dan juga jarang nihil

Itu sepuluh enam,

Itu SEPULUH ENAM……



Tuesday, June 01, 2010

Bagai Sang Surya Menyinari Dunia

“Miaaaaww…”

“Miaawww…”

“Eh ada kucing kecil,” kata bapak malam itu.

Paginya, aku, kakakku, dan Dini, kembaranku sedang bersantai di teras rumah.

“Miaww… Eh eh lucu banget tuh kucing,” kata Dini.

“Baru lahir kah?” sahutku.

“Kecil banget, imut,” kata Mbak Hani.

Sejak semalam ibu kucing menaruh kucing kecil itu di depan teras rumah kami. Aku buatkan susu untuk kucing itu, kasihan dia, terlihat begitu lemas. Kedinginan semalam. Tapi ia tak mau meminum susu itu. Kucing itu malah terlihat makin gelisah. Tiba-tiba seekor kucing jantan bermotif sejenis dengannya datang dan menyapanya, kucing itu pun seakan melakukantos dengan kucing dewasa tersebut. Kami kira dia ibunya, namun setelah kami lihat, dia jantan. Kucing jantan itu pun pergi.

Tak lama setelah kucing jantan itu pergi, datanglah seekor kucing betina dewasa bermotif sama pula. Itu pasti ibunya, karena mereka langsung berpelukan. Kucing kecil itu lalu menuju ke arah puting sang ibu, berjam-berjam ia menempel pada ibunya, kasihan, ia lapar. Setelah menyusui anaknya, ibu kucing lalu pergi. Beberapa menit kemudian, ia mengigit bola bulu bermotif sepertinya sambil berjalan ke arah teras rumah kami. Ya, ibu membawa adik kucing kecil tersebut ke rumah kami juga.

Sang ibu menaruh mereka di tempat yang berbeda karena mungkin untuk menghindari sang pemangsa. Awalnya aku kira ia meninggalkan anaknya begitu saja, tapi ternyata aku salah. Dua kucing tersebut lalu menyusu bersama pada induknya, first time aku lihat kayak gini.

Sang Ibu yang kehausan lalu memanjat kolam kecil di teras rumahku untuk meminum beberapa teguk air. Salah satu anaknya lalu mencoba mengikutinya dengan langkah regu seakan takut terpeleset. Ia mencoba menjulurkan lidahnya seperti yang ibunya lakukan, namun ia tak bisa.

Sang ibu lalu seakan mengajak kedua anaknya untuk tidur, ia menuju ke keranjang rumput bambu di terasku. Tak lama mereka tertidur pulas dalam peluk sang ibu. Dalam kehangatan sang ibu.

Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia…



Kebanggaan Dalam Kesederhanaan

"Kami AREMA… Salam satu jiwa di Indonesia yang selalu ada,…”

Siapa sih yang engga bangga kalau tim sepak bola kebanggaan daerahnya menjuarai salah satu ajang bergengsi di Indonesia, seperti Djarum Indonesia Super League? Pasti semuanya seneng kan? Di satu sisi, kita rayain semuanya, kita tunjukkan pada dunia semua kesenangan kita. Konvoi misalnya. Bersama teman, saling bergembira, menentang lengangnya jalan dengan dengungan klakson, memecah kedinginan dengan kibaran bendera dan keantusiasan. Aremania.
Namun di sisi lain, tak ada klakson. Tanpa raungan gas, tanpa syal bertuliskan Arema, bukan rally jalanan. Hanya kibaran bendera Arema. Dan lima bocah dengan wajah tanpa dosa. Dengan bekas curigen, toples bekas, dan pemukul kentongan.
"Iki benderane masku,” celetuk Akbar, salah satu dari lima bocah itu.
Tak masalah, walaupun bendera pinjaman, dengan toples dan curigen pengganti klakson dan histeria para Aremania hanya hidup dalam keterbatasan yang mereka miliki, namun semangat Akbar dan kawan-kawan sangat akbar, seakbar namanya.

“…selalu bersama untuk kemenangan… Hoy! Kami AREMA…”

Saturday, May 01, 2010

Kasih Orang Tua

Waktu itu ngga tau kenapa pas diajak ke salah satu mall di Malang, aku males turun dari mobil. Aku mutusin buat jaga mobil, lagi ngga mood belanja.

Aku beraksi sendirian dengan kamera digitalku. Dan aku menangkap gambar-gambar ga penting.

Tapi, satu yang penting…

Entah kenapa walopun jepretanku ngga bagus gara-gara ga siap nge-shoot, tapi lihat makna di balik gambar ini. So nice.

Last Time Buat Pegang Kamu

Hape ngga mungkin ga ada yang punya di masa SMA kan. Tapi ini aku, aku udah empat kali ganti hape sejak SMP kelas 7. Sony Erricson Z 530 i, Nokia 6070, Nokia 7310 Supernova, Nokia 5300. Udah ngecewain ortu, mana prestasi datar-datar aja. Kayaknya aku emang lagi dihukum sama tuhan biar berubah jadi anak baik tanpa HAPE. Oh my… Tapi kayaknya aku bakalan ngga betah nih. Hapeku mati total, aku udah kagak punya hape lagi. Gimana mau smsan sama pacar yang udah engga satu skolah lagi. Gimana mau update status FB, twitter. Gimana mau nelfon bokap kalo pulang skolah kujanan. Huft, cuman berharap ada duit jatuh dari langit dah gue.
Inilah detik terakhir sebelum dia mati…

My Photograph ( Versi Amatiran )

Bad mood bad mood bad mooooooood. Minggu, 25 April, bete banget di mobil. Inilah beberapa jepretanku waktu itu.