Followers

Tuesday, January 19, 2010

It's Just My Argument

Pendidikan harus terbuka lebar untuk anak di daerah terpencil sekalipun. Terbuka untuk anak kurang mampu maupun anak-anak cacat.“


Mendiknas M. Nuh di Jakarta kemarin. Prioritas kementriannya tahun ini adalah menuntaskan program wajib belajar (wajar) sembilan tahun.


Kutipan Jawa Pos Minggu, 17 Januari 2010 halaman 1


Itulah kutipan dari Menteri Pendidikan kita. Para pemikir negara, khususnya para menteri jangan terlalu banyak membuat suatu yang secara tersirat kita anggap sebuah janji. Sebenarnya dalam kata-kata singkat ini kita bisa melihat bahwa pemerintah akan berusaha untuk menaikkan angka partisipasi kasar para siswa dalam pendidikan dasar 9 tahun, dengan memberikan dana BOS pada SD/SMP Negeri dan membiayai murid kurang mampu agar bisa tetap bersekolah. Namun, apakah itu sudah berjalan ? Kita simak artikel berikut.


Tidak Punya Biaya, Siswi SMP Bunuh Diri


Muara Enim – Pendidikan murah, bila perlu gratis, seharusnya benar-benar terwujud. Jangan sampai kejadian yang dialami Nuraisyah binti Ali Humairah ini terulang. Siswi kelas III SMP Gunung Megang, Muara Enim, Sumatera Selatan, tersebut nekat bunuh diri karena tak punya biaya melanjutkan pendidikan.

Nuraisyah menjerat lehernya dengan tali tambang yang diikatkannya di atap rumahnya kemarin dini hari (12/1). Diduga, dia nekat bunuh diri setelah enam bulan terakhir tidak sekolah.

Mayat korban ditemukan kakaknya, Lismati, saat hendak mengambil air minum di dapurnya. Diperoleh informasi, Nuraisyah, 14, tak bisa melanjutkan sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai dia, terutama ongkos berangkat ke sekolah.

Karena itu, korban mengundurkan diri dari sekolahnya. Merasa prihatin, para guru sekolah tersebut membantu ongkos berangkat ke sekolah untuk korban. Setelah beberapa bulan, diduga korban merasa minder karena terus-menerus dibantu gurunya. Korban lantas berhenti dari sekolah tersebut.

Setelah enam bulan berhenti sekolah, korban menjadi pendiam dan selalu murung. Tiba-tiba kemarin korban nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Kapolres Muara Enim, Sumatera Selatan AKBP H. Yohanes Soeharmanto membenarkan adanya kejadian itu. “Kasus ini masih kami selidiki. Diduga, motif diri tersebut adalah masalah biaya sekolah,“ jelasnya. (luk/jpnn/ruk)


Nusantara Jawa Pos Rabu, 13 Januari 2010 halaman 15


Jika semua janji pemerintah dalam menuntaskan pendidikan dasar 9 tahun yang katanya akan terlaksana pada 2015 dan ternyata telah tuntas pada 2008 itu telah berhasil, mengapa masih ada kasus sedemikian rupa yang terjadi di Indonesia. Yang katanya akan memeratakan bantuan pendidikan siswa kurang mampu dan daerah terpencil. Mengapa kasus ini bisa terjadi? Sebenarnya mungkin ini hanyalah salah satu dari sederet peristiwa yang terjadi di Indonesia saat ini. Kurangnya perhatian pemerintah daerah dan dewan sekolah dalam menangani kasus semacam ini, atau mungkin memang kesadaran masyarakat yang rendah untuk menolong sesama? Sebenarnya juga tidak mungkin semua harus dilimpahkan pada pemerintah yang harus memperhatikan sekian juta warganya satu persatu. Sebenarnya di sini dibutuhkan kesadaran kita semua. Kita yang enak-enakan sekolah dengan dibiayai orang tua yang super kaya dengan mobil dan rumah yang super mewah selalu saja masih menyia-nyiakan pengorbanan mereka. Kita malas-malasan sekolah. Menghabiskan waktu untuk membuang uang demi hal yang tidak seberapa berguna. Namun lihatlah meraka yang berjuang mati-matian demi sekolah. PR buat kita, menyisihkan sebagian uang kita untuk care pada mereka.

Saturday, January 09, 2010

MEREKA Ga Pernah Kelihatan

Tiap hari aku dan kalian ngejalanin semua kegiatan kita, dengan senang, bersama teman, pacar, orang tua, dan semua orang yang kita sayangi. Menghabiskan waktu di sekolah, rumah, mall, tempat wisata. Kita ngejalaninnya dengan apa adanya. Kita ya kita. Pokoknya kita yang ngelewatin hari-hari kita. Asalkan kita puas dan semua kebutuhan kita terlengkapi, kita hanya ngehabisin waktu dengan apa adanya. That’s us.

Tapi pernahkah kalian sadar akan keberadaan orang-orang di balik kepuasan kita? Orang-orang yang membangun kebahagiaan kita, sesuatu yang kadang terlewat mata, dan terlampau sepele buat dihiraukan.

Ya. Sebut saja “Mereka”. Mereka adalah prajurit semut pembangun istana senyum kita. Mereka adalah pondasi gedung yang kita injak. Mereka adalah ajudan pembawa kabar bahagia kita. Posisi yang sangat mahsyur bila dibayangkan. Namun “Mereka“ tak semahsyur yang ada. Mereka adalah jasa yang terlupakan.

Pernahkah kita memikirkan pasukan kuning yang siap menyapu sisa plastik dan bungkus-bungkus makanan yang kita buang di pinggir-pinggir jalan? Pernahkah kita memikirkan panggilan peluit tukang parkir yang siap menjaga motor kita, mobil kita? Pernahkah kita memikirkan mereka yang rela mengorbankan nyawa hanya untuk memanjat gedung setinggi puluhan pohon kelapa hanya demi kemilaunya kaca-kaca mahal para pengusaha kaya? Pernahkah kita memikirkan mereka yang rela berpanas-panasan berkerja terkubur dalam ruang panas sesak si bawah sana mencari batubara? Pernahkah kita memikirkan mereka yang rela berbaur dengan bau busuk demi mengais rezeki dalam tumpukan sampah? Pernahkah kita memikirkan mereka yang rela berhujan-hujan ria hanya untuk membersihkan sumbatan sampah dalam saluran air, rela terpeleset dalam licinnya genting sekolah hanya demi kelancaran belajar kita?

PR terbesar buat aku dan kita semua untuk memikirkan MEREKA. Aku tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan nilai seratus untuk PR ini, tapi yang aku tahu aku hanya bisa mengucapkan TERIMA KASIH buat mereka, tanpa mereka tahu fikiran kita, dan kata-kata itu ga akan ngerubah nasib mereka.


Thanks to ’Didinn’ Dian Mulyasari who captured the pictures. Thanks to everyone who always make me draw a big smile on my face everyday. And of course, big thanks to MEREKA. Thankful to Allah :)