Followers

Friday, June 13, 2014

Kalian Membuat Saya Tetap Menulis

Halo, assalamualaikum, selamat malam, semua blog reader! Saya kembali setelah berbulan-bulan tidak menyempatkan waktu untuk berbicara lewat tangan di sini. Kali ini saya mau berterima kasih kepada seluruh pembaca blog saya yang entah itu masuk kategori pembaca setia, pembaca kebetulan, pembaca kesasar, pembaca kepaksa, pembaca penasaran, atau pembaca yang kepo (pede banget ya -__-) yang udah menyempatkan waktu membaca tulisan saya ini. Hihi, makasiiiiiih sekali lagi buat apresiasinya yang saaaaangat membuat saya tetap menulis sampai detik ini. Di usia blog saya yang sudah 5 tahun lebih beberapa hari ini, saya akan bercerita tentang seluk beluk "menulis" dari sudut pandang saya.

Eits, jangan bosan dulu. Inshaa Allah apa yang akan saya ceritakan ini akan membuat temen-temen semua berubah pandangan  bahwa menulis itu tidak membosankan! Percaya deh ;)

Nah, kenapa saya suka menulis? Gini awalnya. Saya adalah seseorang yang dilahirkan bukan dari seorang keluarga yang mencintai dunia sastra. Tidak seperti kebanyakan anak-anak yang selalu diberi dongeng sebelum tidur, dari kecil saya hanya sering dibelikan buku cerita oleh ibu dan bapak. Selebihnya, saya dibiasakan untuk mencoba membaca sendiri, yang akhirnya berujung saya berimajinasi saja dengan gambarnya, tidak mencoba membaca tulisannya. Saya pun baru lancar membaca saat hampir naik kelas 2 SD. Sangat terlambat sekali untuk kemampuan yang lazim dicapai anak usia TK. Itu yang menyebabkan saya kurang bisa berbahasa lisan dengan baik pada saat kecil. Saya terbiasa menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang saya gunakan pun bukan  bahasa yang halus, karena  notabene saya tinggal di Malang, jadi terbiasa menggunakan bahasa Jawa ngoko (bahasa kasar). Itulah alasannya kenapa saya agak terbata-bata untuk berbahasa Indonesia lisan dengan baik dan benar sampai sekarang. Bisa dicoba deh bicara ama saya, hehehehehehehe.

Alasan lain yang menjadikan saya komunikator yang kurang baik adalah saya terbiasa mempunyai saudara kembar sejak lahir. Dini namanya. Sudah pada tahu, kan? Yang udah pernah baca blog ini pasti tahu, hehehehe (lagu-lagi ke-pede-an). Yak. Jadi, hampir semua masalah saya dan masalahnya si Dini pasti kita share berdua saja. Kami tidak pernah menceritakan masalah pribadi kepada orang tua maupun kedua kakak kami. Masalah teman yang nakal, masalah kegalauan ujian, masalah universitas mana yang akan kami masuki, bahkan masalah percintaan. Sampai sekarang, belum ada teman curhat yang bisa mengalahkan si Dini. Walaupun terkadang di tengah curhat malah kita berdebat dan akhirnya bertengkar, hehe.

Ketiga (ga nyebutin kedua, kok ada ketiga ya), sudah pada tau kan saya skoliosis? Nah, sejak saya mulai sadar bahwa skoliosis membuat saya semakin minder, saya menjadi seseorang yang super duper ekstra ultra tertutup. Sifat introvert ini yang membuat saya akhirnya menuangkan semua yang saya pikirkan di dalam sebuah tulisan (selain karena film kartun Hamtaro yang suka bikin saya ikut-ikutan nulis diary sebelum tidur, hihi).

Saya tidak tahu pasti kapan mulai suka nulis. Yang saya tahu, sejak kelas 2 SD, saya suka menulis semua kegiatan saya yang saya rangkum di dalam sebuah buku yang saya sebut "orji". Kemarin waktu bersih-bersih kamar, saya menemukannya dan membacanya ulang. Hihi, tertawa sendiri membacanya. Mulai dari kata-kata yang membuat saya malu dan tidak mau mengaku bahwa itu dulu tulisan saya. "Hari ini aku sebel. Aku ulang tahun, tapi tidak ada yang memberi kado. Semua jahat kecuali Evi sama Indah yang mau kasih kado". Masalah klasik yang terjadi di usia itu, kan? :D. Ada lagi yang seperti ini, "Aku tidak suka sama semua orang. Semua jahat. Temen-temen suka pamer barang barunya! Aku benci!". Ahahahahaha, tidak berhenti ngakak kalo baca hal seperti itu.

Lalu saya juga menemukan buku diary saya waktu SMP. Mulai kelas 7, saya mulai mengenal yang namanya cinta. Di dalam diary saya banyak sekali foto laki-laki yang saya suka, hehehehe. Saya ingat dulu "mencuri" foto itu dari Friendster. Saat SMP, saya juga punya buku diary geng. Jadi, setiap satu minggu sekali, kami bertukar diary dan saling menulis di buku milik teman, hihi.

Ini nih kumpulan buku curhatan alias diary dari SD sampai kuliah

Mulai kelas 9 saya ikut-ikutan kedua kakak saya yang suka nulis blog juga. Namun sayang, mereka tidak meneruskan hobinya tersebut hingga sekarang. Dari situlah awal mula saya meninggalkan diary dan mulai suka nulis di blog, hihi. Kalo flashback baca mulai 2009, geli juga bacanya, Hihihihihihihihi *ketawa ala Kunti*. Yaaaaa, namanya juga remaja, semua tulisan saya ga jauh dari tema cinta, galau, dan persahabatan.

Dari situlah saya mulai sukaaaa sekali menulis cerita, puisi, drama, atau sekedar quote kurang bermutu, ekekkek.
Novel yang saya tulis saat SMP

Teks drama saya sempat dipentaskan di salah satu lomba drama di sekolah dan juara 2 lhoooh, hehe
Sudah tahu kan, alasan yang menjadikan tangan saya tidak bisa berhenti menulis? Sekarang saya mau bagi-bagi tips menulis kreatif ala Dina Nisrina nih, hehehe. By the way, tips ini asli dari pikiran dan pengalaman saya, tidak mengutip dari sumber mana pun.

1. Ide cerita yang mengalir
Tidak perlu bingung menentukan ide cerita apa yang akan kamu wujudkan dalam sebuah tulisan. Apa yang kamu ingin tulis, tulis saja. Lebih pekalah dengan sekitar. Misalnya seketika kamu pengen nulis pengalaman abis jalan-jalan ke pantai, tapi belum ada mood buat nulis, tulis saja ide cerita itu di sebuah waiting list. Atau biasanya aku nih, kalo lagi males, nulis dikit, trus berakhir jadi draft doang, hehehe...jangan ditiru.

Tidak usah muluk-muluk membuat cerita. Dua ekor semut yang lewat di samping tempat tidurmu yang kemudian bersalaman saja bisa jadi cerita. Semuanya asal kamu peka ;-)

2. Tentukan tujuan penulisan
Setiap orang melakukan sesuatu pasti ada tujuannya. Nah, kalau kalian menulis untuk memberikan bacaan yang informatif, tulislah sesuai dengan inti pesan yang ingin kalian sampaikan. Misalnya, pengen nulis tentang fotografi, fokuslah pada informasi soal fotografi, bukan hal lain. Kalo bercabang ngomongin hal lain, itu cuman intermezzo dan nggak bikin terkesan ada dua tema dalam satu tulisan. Itu kalo tulisan informatif. Kalo pengen persuasif, gunakan kalimat-kalimat yang terkesan mengajak secara halus tanpa ada kalimat-kalimat yang terkesan memaksa dan membohongi. Beda lagi kalo tulisan yang bertujuan untuk mengungkapkan isi hati. Tulisan ini biasanya lebih bebas dan terkesan tidak tertuju pada khalayak umum, tapi kepada satu atau beberapa pihak saja. Berikan kesan yang membuat pembacanya tahu bahwa kamu sedang menujukan tulisan itu kepada seseorang. *Bingung, ya? Saya juga bingung ama kata-kata saya*

3. Buatlah kerangka karangan
Mungkin bagian kedua ini bisa menjelaskan bagian pertama. Kalo ngga pengen topik bahasan kita ke mana-mana dan ngga terstruktur, buatlah kerangka karangan terlebih dahulu. Selain itu, kerangka karangan bisa menghindarkan dari informasi-informasi yang kadang terlewat buat dicantumkan. Tapi, kalo tipe tulisan yang bertujuan sekedar curhat (seperti kebanyakan tulisan saya), tidak masalah jika dituangkan secara langsung mengalir mengikuti emosi otak kepada tangan *tsaaaah*.

4. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
Ragam bahasa menentukan pembaca tertarik atau tidak. Jika ingin ditulis menggunakan bahasa yang baku, boleh saja. Tapi, untuk menghindari kesan kaku, gunakanlah sentuhan-sentuhan bahasa sehari-hari, tapi jangan terlalu lebay dalam penggunaannya. Penggunaan emoticon sah-sah saja, asal jangan terlalu mengganggu estetika yah...hehe. Tidak perlu takut harus mengikuti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Mainkan emosi pembaca. Misalnya seperti saya ini suka sekali menggunakan penekanan seperti ini:

Dia.
Dan aku.
Duduk bersama.
Berdua.
Berhadapan.
Bertatapan.
Saling berkata-kata.

Bedakan dengan bila ditulis seperti ini:
Dia dan aku, duduk bersama, berdua, berhadapan, bertatapan, dan saling berkata-kata.

Akan ada efek emosi yang berbeda. Tanda titik seakan-akan memotong di tengah jalan, dan memberi efek shocking pada setiap kata untuk menegaskan rima a a a a a a yang saya gunakan, ya kan?

5. Berikan judul yang menarik
Judul adalah kunci apakah pembaca memilih untuk membaca atau tidak. Judul yang menarik, bisa membuat pembaca penasaran. Judul bisa diambil dari konklusi cerita atau sebagian dari cerita kita yang menjadi point of view. Biasanya sih saya sok-sok-an menggunakan bahasa Inggris atau bahasa lain yang saya anggap menarik apabila judul dalam bahasa Indonesianya saya ngga nemu yang puitis, hehehehe

6. Berikan gambar-gambar ilustratif
Terkadang, kalo ada penjelasan kita yang kurang imajinatif, pembaca kesusahan untuk membayangkan. Berikan gambar-gambar ilustratif. Bikin aja gambar-gambar dari jepretan kamera handphone atau bikin oret-oretan sederhana kayak di posting-anku yang ini nih. Jika tidak bisa membuat foto sendiri, ambil saja dari internet. Eits, tapi jangan lupa, cantumkan sumbernya ya...kita berada di dunia jaringan yang serba mudah, tapi jangan lupa menghormati karya orang lain ;). Selain fungsi itu, gambar juga bikin tulisan kita ga terkesan monoton.

7. Cantumkan label terkait
Label atau tag dalam blog akan mempermudah penglasifikasian tulisan. Misalnya buat saja label sesuai tema tulisan. Kalau tulisan itu termasuk puisi, beri saja label puisi, atau poem (yang lebih universal). Misalnya tulisan tersebut tentang kesehatan, tentang cinta, dll. Selain itu, label juga mempermudah pencarian di Google dan mesin pencari lainnya. Kalo misalnya ada orang yang search dengan kata kunci poem, tulisanmu akan muncul juga lhoh...tapi tergantung seberapa populer atau banyak dibukanya halaman tulisan itu oleh orang.

8. Sunting tulisan sebelum di-publish
Sebelum di-publish, ada baiknya kita baca ulang tulisan. Perbaiki kata-kata yang salah, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman. Kita perlu berhati-hati dalam hal ini, karena manusia tempatnya salah, tidak menutup kemungkinan tulisan kita bisa menimbulkan efek negatif setelah membacanya, heheheheh naudzubillah, ya.

9. Promosikan tulisanmu
Aku pernah baca salah satu buku yang aku lupa judulnya. Ada satu kalimat menarik nih, "Penulis tanpa pembaca sama dengan pembuang sampah". Maksud dari kalimat ini adalah, percuma kita menulis sedemikian banyaknya kalo ga ada satu pun orang yang baca. Jadi, memromosikan tulisanmu itu perlu. Saya kira, media sosial sudah semakin mudah untuk share link sekarang. Promosikan blog kamu di Fb, Twitter, Instagram, Path, dll. Semakin banyak yang baca, akan semakin banyak yang menilai. Semakin berkembang juga penulisnya!

10. Be your self
Terakhir, yaaaaaang paaaaling penting. Just be true to your self! Seorang penulis hanyalah seorang pencundang apabila ia menulis untuk membohongi jati dirinya sendiri. Biarkan tangan dan otakmu bersinergi. Percayalah, tulisan yang membuat pembacanya merasa tulisan itu magis adalah pembaca yang menemukan jati diri penulis dalam tulisannya. J. K. Rowling memang menulis seorang tokoh Harry Potter. Tapi dia jujur untuk menggambarkan tokoh seperti apa si Harry sesuai dengan imajinasinya, bukan orang lain. Dewi Lestari menuliskan sesosok Kuggy yang seorang Aquarian, sama dengan dirinya. Tidak ada yang salah, kan?

Selain itu, jangan gunakan bahasa yang dipaksakan. Kalo emang ngga cocok pake elo, gue, ya ngga usah dipake, hehe. Kalo emang ngga suka pake bahasa yang baku, yang ngga usah dipake. Yang penting, jadilah natural dan tidak terkesan memaksakan.

Itu deh...tips-tips tipis menulis ala gueh gueh gueh, Dina Nisrina, seorang gadis blasteran Purwokerto-Banjarnegara, seorang mahasiswi Fakultas Sastra, seorang skolioser, seorang gadis yang punya kembaran, gadis biasa yang pengen jadi gak biasa yang mungkin bisa sedikit menjawab pertanyaan temen-temen yang bertanya biar blog bisa menarik dan punya follower banyak *padahal follower saya juga cuman 149*. Seneng banget rasanya cuman gara-gara tulisan curcol di blog ini, banyak temen dan sepupu yang bikin blog juga setelah baca, hehe terharu. Seneng juga kalo baca apresiasi temen-temen soal tulisan-tulisan di blog ini selama 5 tahun ke belakang. Jujur, niat awal bikin blog ini cuman pengen mindahin diary, hehe. Tapi ga tau kalo ternyata bisa nemuin temen baru, bisa share sama skolioser, bisa kasi info, bisa ngasilin duit juga, bisa jadi inspirasi. I feel so blessed, I'm thankful, guys! 




Ada satu quote yang sampe sekarang terngiang di otak saya gara-gara baca bukunya Mbak Yulia.

“If there’s a book you really want to read, but it hasn’t been written yet,

then you must write it.” ~ Toni Morrison ~


Semua tulisan di blog ini tidak akan dihapus, walau saat membacanya di masa datang, saya merasa bahwa tulisan ini alay. Dia saksi perkembangan psikologiku *tsaaaaah*. Ntar, kalo uda jadi orang terkenal, wartawan ngga bakal susah wawancara dan cari info, kan semua udah komplit di blog, hehehehehehheeheheh *lagi-lagi ke-pede-an, kan?*. Semoga salah satu impianku, yaitu menerbitkan buku, akan segera tercapai. Semoga bermanfaat, good night! :)

Sunday, June 08, 2014

Under The Sky

Sore itu. Kamu bertanya dengan siapa aku berangkat. Aku menjawab aku sendirian. Aku bertanya bolehkah aku berangkat bersamamu. Kamu setuju. Kamu ingin menjemputku. Sore itu juga. Aku bilang habis sholat maghrib saja. Kamu setuju. Aku menunggu. Kita akan menonton konser paduan suara seperti biasa, aku denganmu. Konser malam itu berlangsung seperti biasa, bagus, meriah, dan banyak komentar di mana-mana. Tidak ada yang spesial. Aku duduk di sebelahmu. Sudah pernah.

Sekitar jam setengah sembilan lebih beberapa menit. Di balkon terbuka sebuah rumah makan. Malam itu malam minggu. Ramai sekali. Kita duduk di ujung pojok. Berdua. Berhadapan. Sudah pernah. Langit penuh bintang. Bulan setengah kelihatan. Angin berhembus sopan. Dan makanan tak kunjung datang.

Awalnya sepi. Kamu dan aku sama-sama bermain jempol di atas gadget. Kamu meletakkan smartphone itu duluan. Aku mulai sadar tingkah laku autisku. Aku lalu menaruhnya di tas. Quality time yang sejati tidak butuh dua orang berhadapan yang saling memegang handphone.

Setelah itu, kamu banyak tersenyum kepadaku. Kamu banyak bicara seakan-akan aku orang yang paling seru untuk diajak bicara. Dan aku suka. Nuansa kerinduan sangat terasa di mata itu, karena kita lama tidak bertemu. Padahal hanya sekitar seminggu. Aku anggap itu sudah sangat lama. Karena kita terbiasa bertemu setiap hari dalam rutinitas yang sama.

Pembicaraanmu lain dari biasanya. Kita tidak lagi berbicara soal paduan suara. Kita berbicara soal apa pekerjaan ayahmu, nenekmu lebih pintar masak daripada ibumu, siapa nama keponakannmu, nenekmu suka main tenis, kakakmu kerja di mana, suaminya tinggal di mana, dan itu seru. Sungguh. Walaupun sebenarnya sebagian yang kamu ceritakan, aku sudah tahu. Kan aku kepo. Aku sudah tahu kok nama ayah dan ibumu. Apa pekerjaan ibumu. Siapa nama keponakanmu. Tapi aku pura-pura tidak tahu. Biar seru.

Minumannya sudah datang. Pelayan memanggil namaku. “Dina....Dina...!”. Aku menjawab, “Dina mas, Dina!” sampai tiga kali dan pelayannya tidak mendengar. Mungkin karena suaraku terlalu cempreng. Seperti Minnie Mouse terjepit pintu. Akhirnya pelayan itu menemukan tempat duduk kami dan ia tertawa.

Minuman itu dingin sekali. Pembicaraan juga mulai kehabisan stock. Aku memandang langit. Yang penuh bintang dan bulan bersembunyi malu tadi. Aku membayangkan kita berada di kutub. Dan mendadak ada aurora.

“Oh hush thee, my baby. The night is behind us. And black are the waters that sparkled so deep...” Aku bernyanyi dengan suara Minnie Mouse-ku.
“Hehe...” terdengar senyum hematmu.

Lagu itu adalah lagu yang pernah kita nyanyikan bersama di konser yang lalu. Ya. Konser terakhirku. Dan entah kenapa, setiap memandang langit malam, aku hanya ingat lagu itu. Dan aku mendadak berubah menjadi anak anjing laut yang mengantuk di tengah salju kutub. Romantis.

Source: http://plusmood.com/2011/03/the-luna-collection-graff/luna-moon-and-stars/

Makanan datang. Sepiring mie pedas level satu dan sepiring mie yang sama sekali tidak pedas. Oh iya. Dengan dua pasang sumpit kayu dibungkus plastik. Dan kamu sudah hapal sepertinya. Aku kan tidak suka memakai sumpit. Kamu lalu memanggil pelayan.

“Mas, minta sendok!”
“Wah, ngga ada mas...habis” jawab pelayannya.
“Ya udah, ngga papa. Sampai kapan menghindari tantangan?” kataku sok bijak.

Dan kamu tersenyum. Lagi.

Aku mulai menggunakan sumpit itu. Kamu mengajariku. Bagaimana menggunakan jari-jariku untuk membuat sumpit itu menurut. Aku mulai menikmatinya. Ternyata tidak sulit. Walaupun sempat terlihat bodoh. Lalu aku bercerita. Makan dengan sumpit sama susahnya dengan makan menggunakan tangan kosong. Aku terbiasa disuapi oleh ibu dan terbiasa menggunakan sendok-garpu sejak kecil.

Makananmu habis duluan. Seperti biasa, seperti yang pernah kamu bilang, cowok yang makannya cepet atau cewek yang makannya lambat. Aku terlalu lama menghabiskan makanannku. Malam itu terlalu dingin. Mie ini cepat dingin. Apalagi dia tidak pedas. Semakin tidak berasa. Aku sengaja pesan tanpa cabe karena tiga hari lalu aku baru saja kena diare. Tapi, entah kenapa mie ini tidak bisa habis. Aku menyerah.

“Mas, aku ngga habis...”

Kamu tertawa kecil dengan senyum setengah bulan sabit. Lalu kamu menghabiskan makananku.
Mulai dingin. Malamnya. Dan kamunya.

“Yuk pulang, udah malam...”

Aku hanya mengangguk.
***
“Sudah sampaaaaaai....” celotehku seperti anak kecil yang baru sampai di rumah.

Kamu menyuruhku masuk gerbang. Dan kamu berlalu. Begitu saja. Sudah. Tidak ada pembicaraan. Hanya tanganku yang melambai, “Daah...”.



Aku merindukan kamu yang melihatku sampai masuk ke pintu kost dan saat aku mengintip, kamu masih ada di situ. Seakan ingin memastikan aku aman sampai di rumah. Itu saja. Ya. Aku masih rindu. Sebentar lagi, pertemuan kita hanya akan disebut kebetulan. Karena kita tidak lagi dipertemukan dalam rutinitas yang sama. Sampai jumpa. Di lain waktu. Kamu.