Followers

Showing posts with label SSÇ. Show all posts
Showing posts with label SSÇ. Show all posts

Thursday, August 01, 2013

Sudah, Begitu Saja


Pada suatu malam di pameran lukisan, di sebuah kafe, di lantai dua, pinggir jalan...

Malam ini aku tidak berhasil berangkat denganmu. Aku kadang tidak sadar kalau aku sudah bisa membawa kuda besi sendiri sekarang. Tapi kadang aku bosan membonceng teman, aku ingin dibonceng. Manja, ya? Kau berangkat dengan kudamu sendiri, aku pun demikian. Tapi aku sengaja memarkir kuda besiku agak dekat dengan punyamu. Sesampainya di kafe, kita berjalan sendiri-sendiri secara terpisah.

Terpampang banyak lukisan di sini. Dan semua lukisan di sini tidak mainstream. Ada juga botol-botol bir yang dimasukkan dalam keranjang bayi yang difungsikan sebagai wadah putung rokok. Banyak orang-orang berambut gondrong dan bergaya serabutan. Sedangkan kita semua datang dengan dandanan rapi, warna-warni, dengan eyeshadow yang menarik, sudah siap menyanyi bak biduan di atas panggung. Pemandangan yang sedikit mengagetkan, terutama buatku, aku sempat sedikit bosan di sana.

Aku suka lukisan ini. Aku suka apa pun yang berbau hewan berbulu. Apalagi beruang dan panda.
Sembari bosan, aku pura-pura saja menikmati lukisan-lukisan di sana. Toh, aku masih bisa berimajinasi sambil sedikit mengalihkan perhatian dan menyembunyikan kebosananku. Sambil sesekali melihat jam biru tosca muda kesayanganku yang sudah usang. Berharap kita semua segera menyanyi dan pergi dari sana, karena aku sudah mulai mengantuk dan ingin tidur. Kadang sesekali diajak foto oleh beberapa teman, untung saja mereka tau cara mengusir kebosanan.

Mereka mengerti cara mengusir kebosanan
Sesekali aku melihat ke arahmu yang berjarak denganku, kira-kira 10 meter atau lebih. Kamu mulai berjalan menikmati lukisan-lukisan itu, dengan mereka yang mengerti cara menikmati dan mengapresiasi lukisan. Sambil sesekali menunjuk dan mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Lalu kamu berhenti pada satu lukisan. Dan mengeluarkan kotak besi selularmu. Kamu mulai merangkak ke lukisan yang lain. Diam-diam aku menghampiri lukisan yang tadi sempat kamu berhenti lama di sana. Aku amati tiap detilnya. Tidak ada sesuatu yang istimewa. Menurutku itu hanya lukisan kegelapan.

Aku duduk tepat di dekat lukisan itu. Sambil mengeluarkan kotak selularku. Itu pertanda aku mulai bosan dengan sekitarku. Ada satu pesan. Aku buka. Darimu.

“Kau berikan sebuah telur, telur besar yang entah apa isinya, lalu kau pergi, kemudian telur itu menetas. Menetaskan seekor burung, burung yang entah mengapa membuatku sakit. Burung itu memakan hatiku hingga kosong dan berlubang. Baiklah, terima kasih.”

Tiba-tiba jantungku berdebar. Aku tidak mengerti maksud pesan singkatmu. Aku balas sekenanya,

“Apa telur itu terlalu cepat menetas dan menetaskan sesuatu yang salah...harusnya bukan burung, karena ia mudah terbang bebas. Mungkin bebek, yang mudah ditangkap dan tidak terbang?”

Lalu balasan secepat kilat datang darimu,

“Hahaha, serius amat. Itu lho...tulisan di lukisan yang nempel tiang, di belakangmu...”

Sedikit malu dan tidak percaya, aku bergegas berdiri dan melihat lagi lukisan itu. Iya, ada. Kamu mengamatinya sampai ke detil terkecil. Tulisan itu ada di di tengah lukisan itu dan tidak terlalu terlihat bila dilihat sekilas. Namun ada beberapa kata di awal yang kamu buat sendiri. Aku bingung membalas apa.
Iseng!”, balasku.

Hahaha ;-)”, balasmu lagi.

Mohon ditunggu,” aku bingung membalas apa, aku tulis kata-kata yang ada di lukisan di sampingku.

Oke...ditunggu,” balasmu.

Itu tulisan di lukisan juga! Hahahaha!” balasku puas.

Botek -__-“, katamu. Botek dalam bahasa Jawa berarti berbohong.
Salah satu band yang mengisi acara. Ia menyanyikan lagu My Only One-nya Mocca malam itu. Menemani kebosananku. Aku suka Mocca.
Lalu surat-menyurat elektronik kita berlangsung walau kita hanya berjarak beberapa meter. Dan akhirnya terhenti saat tiba waktunya kita harus menyanyi. Kita semua menyanyi lagu cinta itu dengan ceria. Sambil sesekali (dan selalu sesekali), aku melihat ke arah senyummu. Lucu. Rasanya ingin lebih lama dan lebih panjang lagi lagu itu.

Selesai menyanyi, aku hampiri kamu. Dan kita tertawa bersama, walau sebentar karena terhenti dengan ucapan “cie cie” dari salah seorang teman. Sudah, begitu saja...

Lalu kita semua turun, menikmati kue yang diberi oleh penyelenggara acara. Setelah selesai, aku dapati si Magic, kuda besiku, terjepit di antara kuda besi-kuda besi yang lain. Dan di sana ada kamu, sedang berusaha mengeluarkan kuda besimu. Dan akhirnya tiba pada satu saat di mana hanya dengan ke luarnya kuda besiku, punyamu bisa ke luar dari tempat parkir itu.

Aku berikan kunci si Magic padamu. Kamu mengeluarkannya. Misiku berhasil.

Makasih ya...”, ucapku.

Setelah itu kuda besimu sudah bisa ke luar. Dan kita pulang. Secara terpisah. Sudah. Begitu saja...

Thursday, January 10, 2013

Missing Part: I've Got My Gold

Hari ini adalah hari kuliah yang cukup padat banget sekali (pleonasme ya).  Hari ini adalah hari yang aku nanti-nanti setelah satu semester mengikuti pelatihan di Paduan Suara Mahasiswa Swara Satata Çakti. Pelatihan? Jadi gini, di Unit Kegiatan Mahasiswa yang aku ikuti tahun ini, sistemnya berbeda dengan sistem tahun-tahun sebelumnya di mana yang ingin masuk ke UKM ini harus diseleksi dahulu lalu didiklat untuk menjadi anggota. Tahun ini, seleksi yang diadakan bukan semata-mata diaudisi lalu yang gagal dibuang begitu saja. Semua calon anggota yang ingin menjadi anggota PSM SSÇ harus mengikuti pelatihan selama satu semester yang dibina langsung oleh choir master-nya SSÇ, Pak Anang dan kakak-kakak dari tim kepelatihan. 

Ini dia Pak Hadrianus Anang Brotoseno, sang choir master kita
Jadi, tahun ini para calon anggota beruntung banget. Soalnya sebelum menjadi anggota, kami diberi pembekalan tentang musik dan paduan suara dari dasar banget. Semua anggota akan mendapat ilmu musik dari nol, jadi buat yang belum punya pengalaman bermusik ga usah takut buat masuk PSM SSÇ. Semua calon anggota yang awalnya berjumlah 100 lebih akan terseleksi sendiri oleh alam. Kemudian dibagi menjadi 4 kelompok latihan. Kami diberi buku partitur lagu-lagu klasik yang kami pelajari selama berada di kepelatihan ini.


100 orang lebih itu kemudian memang benar terseleksi sendiri oleh alam. Terbukti, hanya 80-an saja yang terdaftar menjadi anggota ujian. 20-an sisanya? Mereka telah membuat pilihan. Di kepelatihan ini, hanya diberi kesempatan untuk tidak mengikuti latihan maksimal 3 kali. Banyak yang sudah diberi tinta merah karena melebihi batas maksimal. Nah, ujiannya berbentuk apa saja? Ada dua sesi ujian. Ujian hari pertama adalah ujian individu. Masing-masing individu akan masuk ruangan yang berisi para penguji yang siap melahap kita habis-habisan. Beneran. Saking gugupnya, nada do ke re saja aku sampai tidak pas. Yang diujikan itu materi-materi yang sudah diajarkan sejak pertama masuk SSÇ. Tentang partitur, menentukan nada dasar, voicing, cara mengambil napas, macem-macem deh pokoknya. Saking takutnya, aku sampai berlatih setiap hari dan menulis semua materi di cermin kamar kos. Sampai-sampai aku tidak belajar Fisika demi ujian ini, hihihi nakal ya. Setelah ujian individu, ada ujian kelompok. Setiap kelompok diuji menyanyikan lagu My Silence Now Speaks For Me bersama konduktor yang telah ditunjuk dari tim kepelatihan. Setelah itu, kami bernyanyi bersama 1 kelompok lain lagi yang ditunjuk di depan 16 juri dari tim kepelatihan.

Setelah melalui semua tahapan ujian, kami akan diberi sertifikat dengan predikat Diploma Emas (Gold), Perak (Silver), dan Perunggu (Bronze). Bayangkan, semua yang sudah kami lalui selama 1 semester harus kami perjuangkan hanya dalam 2 hari ujian.

Dan setelah udah putus asa menunggu karena pesimis banget rasanya bisa dapet Silver aja, hari pengumuman dateng juga. Kami dikumpulkan di ruang ublek SSÇ. Kami dipanggil satu persatu dan diberi sertifikat. Alhamdulillah, kelompok 3 (kelompok latihanku) dapet juara 2 dan kelompok A (kelompok 1 dan 3) dapet juara 2 juga, hehe. Kelompok A dan 3 mendapat predikat Silver. Juara 1 dari kelompok 1, juara 3 dari kelompok 2, dan juara 4 dari kelompok 4. Dan konduktor berinterpretasi terbaik disandang sama Mas Candra.  

Gimana-gimana yang paling ditunggu-tunggu adalah sertifikat individu yang bakal nentuin latihan ke depannya. Waktu semua udah dipanggil, tinggal aku dan beberapa teman yang namanya belum disebut.

"Yang namanya belum disebut, silahkan menemui Pak Anang di office," kata Mas Widi.
Langsung deh, jantung mau copot rasanya, udah nahan air mata gitu, hehehe. Waktu di kantor SSÇ, aku sama Nana (temen baru nih) langsung pegangan tangan.

"Kalian tau kenapa kalian ada di sini?" kata Mas Latih, ketua umum SSÇ waktu itu.
"Kalian ngerasa bisa ngga ujian kemarin?" sahut Pak Anang.
"Kalian janji bakal konsisten ada di sini? Janji mau tetep belajar lagi apa pun hasilnya?" kata Mas Latih.
"Iya mas, belajar kan ga ada berhentinya," sahutku gugup.
"Yakin? Bener? Semua kakak-kakak lama juga awalnya bilang gitu, akhirnya rontok..." Mas latih menimpali.

Setelah interogasi yang panjang sekitar 5 menit, akhirnya Pak Anang memecah bayanganku yang udah mau mati,
"Ini buat Dina...ini buat Nana" sambil ngasih sertifikat.

Yaaaaaaaaaaaa rasanya kayak jagung yang digoreng trus meletup-letup tapi ga bisa ke luar gara-gara kepentok tutup panci trus pas tutupnya dibuka, pop corn-nya pada loncat ga tau ke mana-mana...subhanallah...ga sia sia....

Alhamdulillah, aku termasuk orang yang beruntung bisa diberi kepercayaan untuk menjadi Diploma Gold. Ga sia-sia selama ini latihan sampe malem, kujanan, kedinginan, sampe capek juga. Semoga aku bisa menjaga amanah SSÇ yang udah ngasi hadiah ini. Semoga aku ga ngecewain, dan aku bisa buktiin kalo aku emang pantes dapet gold.

Bismillah...kurang selangkah lagi aku bisa jadi anggota resmi PSM Swara Satata Çakti :-)