Followers

Tuesday, September 28, 2010

My Big Problem?

“Bu, maaf saya hanya bisa mengerjakan satu soal saja. Itu pun belum tentu benar. Saya akan mengikuti remidi dengan baik. InsyaAllah. Semenjak saya sakit selama satu bulan kemarin, saya tidak belajar sama sekali, ditambah lagi dengan menumpuknya tugas. Maaf, Bu, saya mengecewakan. Mohon bimbingannya,”

Itulah sepenggal surat cinta yang aku tulis di kertas ulangan trigonometriku yang kedua. Aku ngaku, semalam sebelumnya, aku sama sekali tidak belajar. Bahkan aku merasa, setelah operasi ini aku jadi gampang capek. Pulang sekolah, jangankan untuk belajar, melirik meja belajar pun aku tak pernah. Aku hanya tidur karena saking lelahnya. Aku baru akan belajar saat pagi hari. Itu pun kalo aku serius.

Ditambah lagi, matematika ngga kan berhasil kalo cuman ngehafal rumus. Aku bener-bener bingung waktu itu. Sebenernya aku sudah hafal rumus-rumus itu, cuman, waktu ulangan, aku langsung nge-blank. Bahkan sebelum ulangan, aku meminjam ringkasan rumus punya Jhe, alias jimat contekan. Tapi, aku tahu, aku bukan tipe orang yang berani membuka kertas contekan saat ulangan. Aku pasrah. Ujian susulan ini aku kerjakan semampuku. Lembar pertama berhasil aku jawab 7 dari 10 soal. Dan lembar kedua, hanya 1 dari 10 soal. Parah, bukan?

Akhirnya aku serahkan hasil jerih payahku yang bener-bener payah itu ke Bu Iva. Beliau langsung bilang, “Lho, Dina, ini belum kamu kerjakan,”. Aku langsung berpamitan dan pergi begitu saja. Bu Iva membaca pesan itu, aku tahu dari raut mukanya ia sedang menahan tertawa. Mampus. Entah aku masih punya nyali atau tidak untuk bertemu beliau. Mana ada soal ulangan yang dijawab dengan surat curhatan?!

Hafiz dan Ulahnya

Hafiz. Di keluargaku, siapa sih yang ngga kenal dia? Cucu yang paling bandel sedunia dan super ngga bisa diem. Kalo dia udah mulai berulah, mungkin itu adalah mimpi buruk. Tapi di dalam hatinya, ia masih punya sisi yang luar biasa.
Waktu aku buka computer dan ngeliat foto-fotoku pas operasi, aku nemu ulah-ulah Hafiz yang malah bikin aku gemes. Waktu itu aku inget, malem-malem ujan deres pula, si bocah 5 tahun ini bela-belain jenguk aku sama Dini di rumah sakit sama Om dan Tanteku. Terus dia bawa buku gambar dan spidol. Bu Us, begitu panggilanku kepada Tanteku, menyuruhnya menggambarku dan Dini yang lagi terbaring lemah malam itu. Dan...inilah ulahnya...
Waktu dia nunjukin gambar ini ke aku sama Dini, aku langsung takjub. Bocah bandel itu ternyata bisa berekpresi dan mengejutkan orang lain.
Setelah aku pulang dari RS, kami menginap di rumah nenek. Setiap siang, Hafiz selalu ngga pernah absen nemenin kami. Dia bawa balon, dan segala mainan ngga penting lainnya. Dia tiup sekitar sepuluh balon warna-warni dan memasukkannya ke kamar kami. Katanya biar aku sama Dini punya mainan. Dia juga pernah membawakan balon pasta tiup. Dan itu semua buat aku dan Dini.
Begitu juga waktu kami mau pulang ke Malang. Dia bawakan satu kantung penuh makanan dan minuman buat bekal kami balik ke Malang. “Ini buat Mbak Dina-Dini,” katanya. Yaah, mungkin itu buat tebusan setelah beberapa waktu lalu dia hamper bikin HP-ku ilang di bioskop. Haha, Hafiz...Hafiz. Waktu balik ke Malang, ada satu koper yang ketinggalan di Purwokerto. Hafiz dan Bu Us nganterin barang itu. Untungnya kami belum jauh. Hafiz, bocah hiperakif yang penuh dengan kejutan. Semoga saat besar nanti, dia engga se-hiper ini dan bisa ngebanggain orang tuanya.

Saturday, September 11, 2010

Tulangku Berasa Disulap!

Lihat nih, skoliosis awalku dengan kurva 62 derajat sebelum operasi, dan 20 derajat setelah operasi...