Followers

Sunday, November 28, 2010

Your Market, Your Center

Tadi siang aku ikut ibuk ke pasar. Pasar memang sudah dipandang sebelah mata bagi kalian para borjuis pecinta tempat mewah. Becek dan panas aku tak peduli. Tapi di sini mereka sibuk sangat alami. Lensaku tak bisa berhenti. Mengabadikan gerik mata para businessman dalam lensaku yang takkan pernah mati.

Ikan segar diantar dari tangan ke tangan
Dengan keringat di siang bolong
Menaikkan ikan di atas neraca
Membaca tanda-tanda mata uang sampai di mata
Bodoh amat bau amis menyengat
Habis ikan, habis juga keringat
Rezeki tak boleh diumpat

Warna-warni bukan pensil warna
Hasil petik memang berwarna
Memang panas juga berwarna
Namun tenda bisa menutupinya
Tak peduli sesak menerpa
Sayur segar harus sampai di tangan tuan



Tak peduli fashion lagi
Celana ku tekuk, yang penting asyik
Puntung ku pegang sambil niaga
Sepuluh ribu bisa anda bayar
Tiga buah anda bawa pulang
Ini kain memang sekedar kain
Namun faedahnya bukan main
Sayang anak, sayang suami
Taplak ini boleh dibeli
Kemarin aku padukan satu dan dua
Sekarang sudah satu dan tiga
Dua belas ribu sudah tak laku
Tiga belas ribu satu kilo
Untuk natal dan tahun baru
Aku tak mau tahu, aku harus dapat untung

Tas selempang teman jalanku
Ibu-ibu pada beradu
Mulut berkicau yang penting laku
Aku berdiri, ini hasilku
Uang di tangan buat istriku




No comments:

Post a Comment

Comment here