Followers

Sunday, October 03, 2010

Imaginary Friend

Aku dibesarkan di dalam keluarga yang penuh kasih sayang. Namun mungkin mereka terlanjur menyayangiku. Aku tidak menyesal, justru aku beruntung, aku bisa belajar menyayangi dari mereka. Namun, aku mengaku, aku minus dalam hal berteman.

Kalo ngga ada yang mengajakku bicara, aku jarang sekali memulai pembicaraan. Entah kenapa, dari lahir, beginilah sifatku. Aku tidak mudah bergaul. Bahkan aku termasuk tipe anak yang mudah menangis jika disakiti sedikit saja. Aku juga tidak pandai membuat lelucon. Aku lebih sering terlihat pendiam daripada tertawa. Tapi setidaknya, banyak yang memuji senyum manisku, jadi aku akan berusaha terus tersenyum, hihihi...

Sejak TK, aku dan Dini memang selalu paling tinggi di sekolah. Memang postur ini keturunan. Kami mensyukurinya. Sampai-sampai saat TK dan SD banyak yang memanggil kami "Mbak" karena mereka kira yang tinggi itu lebih tua. SMP dan SMA pun kami masih selalu termasuk "Yang paling" tinggi.

Tapi aku bersyukur, mereka menyayangiku apa adanya walaupun aku selalu terlihat paling menjulang saat upacara. Bahkan setelah operasi skoliosis, tinggiku bertambah 3 senti dan mereka bilang mereka tidak mempermasalahkannya.

Namun, apa arti sebuah kata manis jika kenyataannya pahit?

"Aku ngga mau ah jalan ama Dina, ketinggian sih,"

"Aku ngga mau deket-deket Dina ah, ntar aku jadi pendek,"

"Dina, kamu menjulang,"

"Haduh, panas, eh, Din, agak ke sini dong. Nah, sekarang ngga panas lagi,"

"Dina, kamu kok kayak tiang listrik sih,"

"Dina, kamu gigantisme?"

Bahkan saat aku bilang aku selalu kesusahan mencari celana, mereka bilang, "Salah sendiri kamu ketinggian,"

Angin lalu. Ya. Aku yakin itu cuman orong-orong ngga penting. Aku tahu, Allah punya maksud lain dengan postur ini.

Tapi, aku harap jangan jauhi aku teman, jangan hanya karena fisikku. Jangan karena aku ngga bisa serame kalian, seceria kalian, sepintar kalian dalam membuat lelucon, dan sekreatif kalian dalam canda dan tawa. Tapi kalo kalian mau menjauhiku, aku mohon, jauhi aku karena sifat burukku, bukan apa yang terlihat...

Allah, aku ingin punya teman sejati. Teman yang engga pandang bulu. Dan dia, mampu membuatku senyum secara alami...

Haruskah aku selalu bermain dengan teman khayalanku?

photo from Bintang Jatuh .

4 comments:

  1. dina sayang... klo kmu lg mrasa sedih krena clotehan2 org2 akan posturmu, cobalah mbyangkan, byk org yg sgtt iri sma tbuh tinggimu itu (slah satunya q, hehehehe)
    krna tkadang ucapan2 n ejekan2 org pdaku amat sgt lbih myakitkan...
    n q slalu...dan slalu hnya bsa bbicara pada Alloh, ats smua yg kurasa...n skrg q blajar bsyukur ats smua.
    so, jgn sedih, krna itu suatu klebihan... okey... :)

    ReplyDelete
  2. Iya Mba...
    Aku musti bersyukur...
    Semangat~
    Makasi udah ngingetin, Mba...
    Mba Dinar juga orangnya kuat banget ngehadapin smuanya, aku musti belajar banyak dari anda kayaknya :D

    ReplyDelete
  3. Semoga kamu nemuin man yang benar-benar mampu membuatku senyum secara alami...

    ReplyDelete

Comment here