Followers

Monday, November 21, 2016

#Thailand 4: Pesona Pasar Malam Pattani

Displaying PicsArt_09-19-09.58.24.jpg


Pasar malam adalah pemandangan yang sudah biasa kita temui di Indonesia. Namun, kali ini saya akan menceritakan pasar malam yang berada di salah satu provinsi di Thailand Selatan, yaitu Pattani. Pesonanya sudah sampai di penjuru Thailand Selatan. Bahkan, orang-orang yang akan belanja, sengaja menyewa hotel satu malam di dekat pasar. Pasar malam yang berada di dekat masjid besar Pattani ini terpisah antara pasar yang dimiliki orang Buddha dan orang muslim. Yang dijual pun beragam, dari mulai pakaian, makanan, hingga kebutuhan harian. Yang akan saya ceritakan adalah lima keunikan pasar malam muslim di sini.
Pertama, di sini ada beberapa kedai yang bersifat lepas pasang, hanya buka saat pasar buka saja. Namun, ada juga yang sudah menetap menjadi toko. Nah, kalau masuk ke toko-toko, jangan lupa lihat kaki karyawannya terlebih dahulu. Jika karyawannya melepas sepatu, berarti pelanggan harus masuk dengan menanggalkan sepatu. Saya yang awam, tidak tahu. Saya melihat-lihat baju-baju bagus dengan memakai sepatu masuk ke dalam. Lalu sang pemilik toko mengatakan“Eh dek, kasuk tanggal, kasuk tanggal”. Artinya, “Dek, lepas sepatu, lepas sepatu”. Saya langsung malu dan kembali ke luar.
Kedua, perhatikan harga yang dikatakan penjual. Ada beberapa penjual yang tidak menulis harga. Bila kita bertanya harga dan dia menjawab misalnya “sratos limo” atau “neng roy haa” yang dalam bahasa Indonesia berarti 105 Baht, itu hanyalah bahasa lisan. Maksud sesungguhnya adalah 150 Baht, namun mereka mengatakannya dengan disingkat. Jadi, hati-hati, ya.
Ketiga, jika tidak serius ingin membeli, jangan terlalu banyak memegang-megang baju yang dipajang. “Pegang-pegang sajo, tubek...buat punoh kain”. Maksudnya, jika hanya pegang-pegang saja, lebih baik keluar, hanya akan membuat baju jadi tercemar dan rusak saja. Ada beberapa kedai yang seperti itu. Jadi, kita harus benar-benar hati-hati membaca sinyal dari sang penjual. Namun, ada juga kedai yang sangat ramah, bahkan saya sampai dapat gratisan bros kerudung karena dia tahu saya orang Indonesia, katanya sebagai kenang-kenangan sudah pernah mampir ke kedainya.
Keempat, di sini baju produk asli Thailand dijual dengan harga yang tidak terlalu mahal. Bahkan dengan harga sekitar Rp 120.000 saja kita bisa dapat baju yang di Indonesia seharga Rp 200.000. Namun, baju Indonesia yang diimpor ke sini, harganya bisa sampai tiga kali lipat!
Kelima, jangan datang terlalu malam, karena semua kedai akan tutup pukul 9 malam. Terkesan terlalu sore untuk tutup, memang. Namun, warga sini sengaja melakukannya karena mereka waspada akan ancaman bom yang bisa datang kapan saja di daerah konflik ini. Namun, di luar itu, para pebelanja terlihat sangat santai dan tidak peduli isu bom yang sering terjadi di berbagai tempat di Thailand Selatan. Begitulah pengalaman saya ketika berbelanja di pasar malam Pattani, surga belanjanya para muslim di selatan Thailand.. Semoga bisa menjadi referensi.

Baca tulisan saya tentang Thailand yang dimuat di media Citizen Reporter Harian Surya di sini.

No comments:

Post a Comment

Comment here