Followers

Sunday, January 06, 2019

Titik Rendah

Suatu pagi ketika ibu pamitan denganku untuk pergi ke Bandung dalam waktu lama, mengunjungi kakakku yang baru melahirkan...

"Ibu berangkat sek ya," pamit ibu sambil mencium pipi kanan dan kiriku.
"He'em..." jawabku lemas karena sebenarnya aku memang sedang galau dengan banyak hal dan mengapa malah aku harus 'home alone'.
"Sing semangat, tha!" rupanya aura negatifku terbaca oleh ibu.
"Ancen aku gak semangat," jawabku spontan sambil menahan air mata.

Oh ibu...andai engkau tahu, tapi aku yakin engkau tahu dari mataku bahwa aku sedang tidak semangat untuk hidup. Tapi mati pun aku belum cukup bekal. Ibu, aku sedih ketika engkau tahu aku sedih. Karena aku tahu, ibu akan seratus kali lipat lebih sedih ketika melihat anaknya sedih. Bu, aku kehilangan semangat untuk mengarungi hidup. Bagaimana ya, Bu? Bagaimana caranya agar motivasiku tentang hidup kembali hidup? Bagaimana agar minimal aku bisa sekuat ibu?

Bu, sempat terlintas di pikiranku untuk mati saja. Tapi aku teringat bahwa aku belum bisa membuatmu bahagia. Bahkan pagi ini aku membuatmu sedih lagi dengan membuatmu tahu bahwa aku sedang tidak semangat. Jadi, aku memutuskan untuk tidak mati sebelum bisa membuatmu yakin aku sedang bahagia.

Bu, bahagia itu mudah. Aku bisa melakukannya. Tunggu ya, Bu. Aku sedang berusaha.

2 comments:

  1. Bagus . Feelnya boleh 😔

    ReplyDelete
  2. Dimataku dina nisrina tidak akan pernah berjumpa dengan kecewa, sedih, sendiri ataupun sakit hati. Namun aku inget bahwa dina nisrina adalah manusia. Yang bisa dihinggapi rasa itu.
    Tuhan itu maha adil. Memberikan semua rasa pada hamba-Nya dengan takaran yang pas. Jika kita tidak kuat itu bukan karena tuhan yang salah namun kita tidak pernah mau keluar dari zona nyaman kita.

    ReplyDelete

Comment here