Followers

Monday, December 18, 2017

Tips Bepergian dengan Kereta Api untuk Cewek

Halo! Assalamualaikum! Pa kabar?!
So excited to be back to this old blog. Ceritanya, sempet kemarinan saya bikin polling di Instagram Story yang saya bagikan untuk para netijen. Isinya tentang kekangenan saya nge-blog. Sebenarnya ini bentuk kegundahan hati saya karena saya merasa Instagram sudah sangat tidak private buat saya dan saya rasa, di blog, saya lebih bebas berekspresi dan punya pembaca yang memang niat baca blog saya (paling ngga, kesasar di jalan yang benar, hihi). Polling itu isinya tentang kalau saya balik nge-blog, bentuk tulisan apa yang para netijen suka, cerita ulang atau cerita fiksi? Ternyata, 65% memilih cerita ulang dan 35% memilih cerita fiksi. Akhirnya, saya putuskan untuk menulis cerita ulang yang saya fiksi-fiksikan (?). Haha. Ngga, ngga. Saya akan tetap menulis keduanya, tapi porsi keduanya bergantung ide dan mood saja. Trus apa gunanya polling, dong? Emmm... Ga tau, ya...pengen tau aja sih selera pembaca, hihihi.

Buat mengawali postingan kali ini, saya akan bercerita tentang perjalanan saya ke Bandung mulai tanggal 15 Desember—18 Desember 2017 yang saya bagi dalam lima judul. Agak nervous sih lama ngga nulis. Buat pemanasan dulu, saya kasih topik yang ringan aja kali, ya. Nah, di judul pertama ini, saya mau memberi tips bepergian dengan kereta ala saya.



1.    Pesan Tiket Kereta di Stasiun
Apa? Di stasiun? Ngga salah? Pasti pada kaget, kan...kok Dina kuno banget ya pesen tiketnya di stasiun. Gini. Di perjalanan kali ini, saya memang tidak memesan tiket pulang dan pergi di stasiun, tapi saya pesan via Traveloka. Teman-teman pasti juga lebih sering pesan via website Kereta Api Indonesia atau aplikasi lain seperti Traveloka, Pegi-Pegi, dan lain-lain. Sebelumnya, saya tidak pernah berpikiran demikian sampai beberapa hari sebelum berangkat, ibu saya tanya “Sudah pesan tiket?”, saya jawab sudah. Lalu ibu tanya “Duduknya dapet sama cowok apa cewek?”. Saya jawab, “Ngga tau lah, kan ngga bisa milih”. Ibu langsung wajahnya berubah khawatir dan bilang, “Seharusnya pesen langsung aja di stasiun, biar bisa bilang ke petugasnya, milih kursi yang di sebelah kita jelas cewek atau cowoknya”. Dari situ, perasaan saya langsung ngga enak. Saya sudah lumayan sering sih bepergian naik kereta api atau pesawat sendirian, tapi saya baru kali ini kepikiran. Ya sudahlah, saya serahkan aja semuanya sama Allah.

Saya khawatir apa hayo? Entah kenapa, tiap ibu udah mengkhawatirkan sesuatu, saya sekarang lebih milih nurut, soalnya apa-apa yang dipikirkan ibu itu kok selalu kejadian, ya. Nah, kekhawatiran saya ternyata memang tidak terjadi. Saya duduk bersama seorang bapak-bapak pengusaha kaya raya yang turun di stasiun sebelum saya turun. Tapi ‘bapak-bapak’, bukan ‘mas-mas’, jadi saya ngga terlalu takut. Takut di sini adalah rasa insecure terhadap maling atau terhadap cowok nakal yang selalu dialami para cewek kalau bepergian sendirian.

Bapak-bapak itu minta nomor saya. Saya maklumi, karena biasanya, orang pas pertama ketemu dan ‘mungkin’ tertarik dengan topik kita, dia akan minta kontak kita untuk keep contact atau ‘siapa tau nanti-nanti butuh’. Saya hanya berpikir sedangkal itu. Ya sudah, saya beri. Lagian, sepanjang perjalanan beliau  terus bercerita tentang keluarganya. Beliau menunjukkan foto anak-anaknya dan usahanya, tapi satu yang tidak beliau ceritakan. Istrinya. Ya! Saya baru sadar. Beliau tidak menunjukkan foto istrinya sama sekali dan tidak menceritakannya. Saya pun tipe orang yang tidak terlalu banyak tanya pada orang yang baru saya kenal, jadi saya sama sekali tidak menanyakan “Istri bapak kerja di mana?” atau “Istri bapak asal mana?”.

Dari situlah, kekhawatiran saya muncul lagi. Tengah malam, saat saya terbangun, ternyata beliau sudah tidak duduk di samping saya. Beliau sudah turun di stasiun tujuannya. Tiba-tiba ada chat datang dari beliau. Pamitan. Ya, kami belum pamitan. Akhirnya beliau chat saya untuk pamitan. Saya masih berusaha biasa saja. Tapi...ternyata chat itu beliau lanjutkan sampai hari ini. Beliau bertanya kabar, rencana saya hari ini, hingga minta Facebook saya. Entah kenapa, saya sangat risih. Saya tipe orang yang tidak terlalu suka kalau ada ‘cowok’ yang chat dengan saya bertubi-tubi, kecuali dia adalah teman akrab saya. Dari situ, saya mulai merasa sangat insecure. Saya memang tidak mendapatkan perlakuan tidak baik. Saya baik-baik saja. Tapi bagi saya, chatting dengan lawan jenis itu sama tidak nyamannya dengan berdekatan dengan lawan jenis.

Ternyata ibu benar. Lain kali, pesan tiketnya langsung di stasiun saja. Memang ribet. Tapi, untuk ketenangan hati, keribetan itu tidak berarti apa-apa, kan? Saya bukan muslim yang ekstremis, tapi, saya yakin bahwa berusaha menjalani hidup sesuai syariat itu tidak merugikan kita, malah itu bentuk kasih sayang Allah sama kita. Saya berharap, PT Kereta Api Indonesia suatu saat akan mempunyai gerbong yang memisahkan perempuan dan laki-laki untuk menghindari hal-hal di luar syariat seperti bersentuhan (apalagi saat perjalanan jauh, kita bisa tertidur sangat lelap dengan posisi tidak karu-karuan), atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. ATAU, apabila harapan tersebut muluk-muluk, saya harap, aplikasi seperti Traveloka bisa memperlihatkan jenis kelamin pemesan kursi saat kita memilih kursi kereta (entah sudah ada atau belum ya aplikasi semacam ini? Kalau ada yang tau, please kindly contact me).



2.    Pakai Masker
Masih berhubungan dengan antisipasi para wanita, siapkan masker! Bukan masker perawatan kulit lho, ya, kikikikikik. Masker yang biasa buat motoran itu, lho... Selain bisa menghangatkan hidung (karena AC di kereta api dinginnya ga karu-karuan), masker juga bisa menutupi sebagian ‘kecantikan’ kita yang mengundang ‘sesuatu’. Ingat, di kereta api (terutama yang jarak jauh), kita akan menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk tidur. Kadang kita ngowoh gitu tanpa sadar. Secara, tidur sambil duduk bukanlah sesuatu yang nyaman. Nah, masker bisa membantu kita menutupi itu, wkwkwkwk. Saya selalu membawa masker tiap bepergian jauh.

Selain itu, lagi-lagi kalau saya merasa insecure sama cowok, masker membantu saya menutupi wajah saya. Kok daritadi saya terkesan sangat penakut, ya. Mungkin bagi kalian yang membaca ini, saya sangat lebay. Tapi, saya orangnya memang sedikit penakut sama cowok. Hihihihi.

3.    Ngga Usah Dandan!
Ya! Ngga usah! Biasanya tiap keluar rumah, cewek-cewek pasti suka dandan, kan? Nah, khusus untuk bepergian, minimalisir dandan, ya... Bukan apa-apa, kita perkecil saja kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Ingat, semua orang memang pada dasarnya baik, tapi, kalau sedang bepergian, kita tidak bisa mengenali sifat orang asing tersebut dengan baik, bukan? Wallahualam.

4.    Siapin Headset
Sebenernya, saya bukan headset person. Saya menghindari pake headset karena katanya sih, untuk kesehatan gendang telinga, jangan sering pake headset. Tapi, kalau bepergian kayak gini, headset itu penting. Pertama, saya biasanya udah mengunduh banyak banget stok vlog orang buat saya tontonin di kereta atau biasanya saya dengerin musik. Kedua, kalau saya merasa hati mulai tidak nyaman, saya juga dengerin ayat kursi, wkwkwkwk. Ketiga, saya suka pura-pura merem sambil pake headset untuk menghindari diajak bicara sama orang (padahal hape saya mati). Yang ketiga ini khusus pas rasa insecure saya muncul lagi.




5.    Perhitungkan Waktu
Perhitungkan waktu kedatangan kereta api dengan waktu check-in hotel. Nah, saya ini termasuk yang kurang perhitungan kala itu. Kereta saya datang pukul 9 dan check-in hotel saya baru bisa dilakukan pukul 2 siang. Untuk membuang waktu, saya sampai nunggu di stasiun agak lama dengan makan Hokben atau internetan di ruang tunggu. Beruntung, Stasiun Bandung adalah stasiun yang nyaman sekali. Tapi dengan barang bawaan serempong kemarin, jujur saya kepayahan ke sana-ke mari bawa barang karena tidak ada yang menjaga. Hihi.




6.    Bepergian dengan Mahram
Ya... Sebenarnya, semua kekhawatiran yang saya sebutkan di atas bisa kok dihindari dengan satu cara: bepergianlah dengan mahram. Bisa ayah, ibu, adik, kakak. KECUALI, apabila sangaaaaat mendesak dan dengan syarat, untuk kepentingan syar’i. SAYA TERMASUK CEWEK YANG JAUH DARI KATA SYAR’I. Saya suka banget ngelanggar syariat. Saya suka ke mana-mana sendirian. Soalnya, saya sok-sokan mengikrarkan diri kalau saya wanita independen. Awalnya, memang saya mau ajak ibu atau kembaran saya. Tapi, karena ibu harus terapi setiap hari Sabtu, saya tidak bisa ajak beliau. Trus, kembaran saya juga sedang ada kesibukan lain. Menoleh pengalaman ke belakang saat saya bepergian sendirian kok aman-aman saja, ya sudah saya pede kali ini pergi sendirian lagi. Lain kali, saya akan berusaha untuk bepergian dengan mahram, ah. Semoga saya segera bersuami (hah?). Maaf ngelindur.

Sekian tips dari cewek introvert yang penakut seperti saya. Semoga bermanfaat. Kalau ada saran-saran lain, boleh mangga, komen di bawah. Tapi sebenarnya, dari sini saya juga belajar kalau saya kurang positive thinking. Berarti...kuncinya adalah stay positive and make people around you feel positive too. Happy holiday!


P.S.: Tonton vlog singkatku tentang Bandung di sini, ya !

5 comments:

  1. Kita sama�� no.1 pernah ku alamiin

    ReplyDelete
  2. Mau komentar ah wkwk. Entah mengapa aku merasa dipertemukan sama banyak orang yang pemikirannya serupa dengan aku, ehm atau emang ide aku udah sangat umum ya wkwk. Mbak Din tau ga siih, aku dulu pernah bermimpi pengen punya usaha bus ekonomi tapi pelayanannya lebih dari ekonomi tapinya syar'i gitu juga haha. Mengingat aku anak bus yang tiap kali pulkam naik bus malang-kediri atau malang-jombang yang ehm gitu deh ya kalo lagi high season (udah pada penuh sampe ada yang berdiri pun masih diangkutin huhu apalagi cewek cowok kayak ga ada sekat gitu, lebih parah dari naik kereta api, kan sediih yaa), aku kalo punya rejeki lebih (aamiin) hehe pengen deh buat usaha apasih namanya PO Bus syar'i ala-ala gitu wkwk, mau nyaingin bus-bus yang beroperasi di landungsari biar orang-orang kek kita feel secure mau ke mana-mana hehe

    Btw aku tertawa melihat panggilan 'Juju' di post satunya wkwk

    ReplyDelete
  3. Aamiin...semoga impiannya buat punya PO Bus Syar'i Zuhrufi bisa terwujud ya. Impian yang mulia banget ;)

    Hihi, maafin Juu, aku mau nulis 'Zuhrufi' atau 'Ifa' di post satunya kok kaku yak, akhirnya aku tulis kayak nama panggilanku ke kamu aja, wkwkwk

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Comment here