Followers

Saturday, July 14, 2012

Aku Diterima!

Hal yang paling aku benci sejak aku dinyatakan engga lolos seleksi SNMPTN jalur undangan adalah menunggu dan membuka kenyataan. Trauma mungkin, atau lebih tepatnya sedikit terpukul setelah menunggu sesuatu dan saat ia tiba, ia malah menyakitkan. Tapi itu yang bikin aku makin kuat dan makin realistis sama kenyataan.

Malam itu, aku sedang ada di rumah bude di Cilacap. Ada acara nikahan sepupu. Semua saudara tau, kalau tinggal aku yang lagi nunggu pengumuman universitas. Semua pada nanya, "Kapan diumumin?". Rasanya risih sekali. Tapi tidak bisa tidak dijawab. Kenapa aku takut buat jawab? Soalnya aku takut dapet nasib yang sama kayak waktu SNMPTN Undangan. Pengumumannya dimajukan satu hari. Dan aku bilang sama semua saudara kalau pengumumannya di hari berikutnya. Aku cuman engga mau ada yang tau. Aku bilang pada mereka, tanggal 7 bulan 7 jam 7 malam. Memang sengaja dibuat begitu sama panitianya biar keren kali ya. Tapi kenyataannya, pengumumannya dimajuin tanggal 6. Dan isu yang beredar, pengumumannya jam 6 juga.

Jam 6 kurang beberapa menit lagi waktu aku lagi perjalanan dari Purwokerto ke Cilacap. Aku terus mengamati timeline Twitter yang berjalan sangat cepat karena notabene rata-rata temanku sedang sama-sama menunggu tamu yang sama. Aku membuka web SNMPTN dengan hapeku. Lupanya, aku engga sadar diri, hapeku bukan Smartphone yang dilengkapi dengan aplikasi Java Script. Aku makin tegang, aku hanya bisa berdoa sambil liat jam digital di mobil Pak Hajid, omku, yang terus saja berubah. Sudah jam enam lewat, dan ternyata, itu hoax. Pengumumannya memang maju satu hari. Tapi jamnya tetap.

Sampai di rumah bude, aku tetap bingung. Aku tidak nafsu makan sama sekali. Aku hanya diam sambil tetap mengamati timeline. Aku pinjam laptop bapak. Dan sialnya, modem bapak belum diisi. Akhirnya aku pinjam modem Pak Oping, omku.

Aku sudah tidak punya harapan rasanya. Soal-soal SNMPTN yang aku kerjakan kemarin itu rasanya seperti tidak ingin dikerjakan oleh gadis dengan IQ hanya 117 seperti aku. Jangan kaget, memang IQ-ku cukup rendah.

Berkali-kali aku mencoba membuka web yang paling aku benci sedunia itu. Tapi selalu saja error. Sambil meremas-remas kartu peserta SNMPTN yang sedari tadi aku hapalkan nomornya, tapi sial, aku terlalu gundah buat menghapal.

Sambil tetap mengamati timeline, aku senang melihat teman-teman mengucap, "Alhamdulillah...aku keterima UB", "Alhamdulillah...UNAIR,", ITB, UI, UM, UNESA, UGM, UNPAD...

Aku tidak berani memberi selamat. Aku hanya menjadi silent reader. Takut mereka balik nanya, takutnya aku harus belajar lagi. SMS juga sudah berdatangan. Menanyakan bagaimana dan di mana. Aku tetap tidak menggubris. Hanya membaca.

Akhirnya, entah tombol apa yang ditekan Mbak Hani, gambar ini muncul.

Click to enlarge

Mbak Hani hanya ketawa sambil bilang "cieee". Aku hanya bilang, "Oohh...". Antara percaya atau tidak aku diterima. Antara kecewa tidak lolos pilihan pertama. Antara menyesal memilih prodi yang masih baru. Antara sadar diri kalau memang aku tidak bisa mengerjakan soal matematika di SNMPTN kemarin. Dan antara bersyukur...aku tidak perlu belajar untuk ketiga kalinya.

Aku lupa...aku belum sempat sujud syukur. Aku langsung bales semua SMS itu. Aku langsung memberi ucapan selamat di Twitter, dan mengganti bio Twitterku. Sialnya aku salah tulis. Aku menulis di bio-ku Maba Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang. Bodoh. Rupanya aku masih terobsesi. Aku baru sadar waktu temanku memberiku selamat masuk jurusan itu. Akhirnya aku ganti Maba Pendidikan IPA Universitas Negeri Malang. Aku lalu ingat juga impianku yang aku tulis di lemari meja belajar di kamar. Harus aku hapus satu. Terpaksa.

Mungkin memang ini jalannya. Bapak lalu membaca kekecewaan di mataku. Bapak menawarkanku untuk ikut ujian mandiri di UM dan mengambil Pendidikan Matematika tanpa tes, hanya berdasar ranking. Bapak juga menawarkanku ujian mandiri di UB untuk mengambil Ilmu Gizi, karena bapak tau, dari dulu aku ingin menjadi praktisi kesehatan. Aku seketika menolak. Karena aku ingat, dulu aku juga pilih Pendidikan Matematika dan Ilmu Gizi. Mentah-mentah aku ditolak. SNMPTN ini pilihan pertamaku juga Pendidikan Matematika. Nyata aku ditolak. Apa aku harus terus-terusan menentang jalan?

Aku SMS beberapa sahabatku, banyak sekali mereka yang belum diterima. Aku SMS Sony. Dia juga. Aku lalu memberi semangat ke mereka. Aku tau bagaimana rasanya. Karena aku juga pernah merasakan gagal. Aku lalu bersyukur. Ternyata walau aku tidak lolos pilihan pertama, aku tidak perlu belajar untuk kedua kalinya. Kemampuanku segitu. Mungkin memang aku cocok di situ, Allah lebih tau daripada ambisiku. Mungkin juga aku diterima di pilihan kedua, agar aku bisa tahu, prioritas keinginanku tidak selalu kebutuhanku. Aku lolos, juga karena aku ditakdirkan ada untuk memberi semangat pada yang lain. Bukan untuk bingung belajar ketiga kalinya demi ambisi.

Aku lalu teringat sama Mbak Cinta, tentor di Neutron. Dia mengingatkan kami untuk mengirim kabar gembira ini ke nomornya. Dan aku ingat, aku sudah menyimpan draft SMS yang berbunyi:

Assalamualaikum Mbak Cinta, ini Dina Nisrina anak Regular IPA 4. Alhamdulillah saya diterima di Pendidikan IPA UM. Semoga saya bisa jadi guru yang baik kayak Mbak Cinta. Makasih buat bimbingannya selama ini, salam cup cup muah :-*

Ternyata, alam bawah sadarku pun dari dulu sudah mengerti. Aku bakalan diterima di Pendidikan IPA, bukan Pendidikan Matematika. Dasar bodoh :-D

Selamat, Dina. Kamu sekarang seorang mahasiswi. Bukan anak SMA lagi :-)

No comments:

Post a Comment

Comment here